Mengenal Ikan Lele : Habitat, Jenis, dan Penyakit Yang Bisa Menyerang
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling populer di Indonesia dan banyak negara lainnya. Ikan ini tidak hanya memiliki rasa yang lezat, tetapi juga mudah dibudidayakan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai ikan lele, termasuk habitat alaminya, berbagai jenisnya, dan beberapa penyakit yang dapat memengaruhinya.
Daftar Isi
- Pengenalan Ikan Lele
- Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Lele
- Jenis - jenis ikan lele budidaya
- Lele Mutiara
- Lele Dumbo
- Lele Sangkuriang
- Lele Lokal
- Jenis lele python
- Cara Memilih Jenis Ikan Lele Yang Cocok
- Penyakit pada Ikan Lele
Pengenalan ikan lele
Mudah saja membayangkan ikan lele, terutama karena sungut seperti kumis pada bagian ujung mulutnya. Ikan lele sendiri mempunyai nama latin Clarias dengan tubuh memanjang.
Jenis ikan tersebut terbilang licin, lincah juga mempunyai 4 pasang kumis atau bernama misai pada bagian ujung mulutnya.
Sementara itu Clarias sendiri adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani yakni chlaros yang artinya kuat dan lincah. Arti kata tersebut merepresentasikan mengenai ikan lele yang terkenal sebagai jenis ikan lincah serta kuat.Bahkan ikan lele juga bisa bertahan hidup dalam air yang keruh sekalipun.
1. Nama Lain dari Ikan Jenis Lele
Di Indonesia saja, tiap daerah mempunyai sebutan berbeda-beda terhadap ikan jenis lele. Misalnya saja di kawasan Kalimantan Selatan, masyarakat setempat menyebut lele dengan nama ikan pintet. Daerah lain juga mempunyai nama sebutan berbeda, contohnya untuk daerah Gayo, mereka menyebutnya dengan ikan Maut.
Sedangkan untuk kawasan Sumatera Barat dengan nama ikan Kalang dan ikan
Cepi di daerah Sulawesi Selatan. Sementara masyarakat daerah Jawa kerap
menyebut ikan lele sebagai ikan lindi.
Dalam bahasa Inggris, ikan
lele mereka sebut dengan Catfish. Di negara Jepang, ikan lele disebut
dengan nama ca tre trang dan ikan lele untuk negara Malaysia. Sementara di Thailand yang menyebut ikan lele sebagai Plamond.
2. Klasifikasi Ikan Lele
Ikan
Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004) yaitu sebagai berikut:
- Filum : Chordata
- Kelas : Pisces
- Subkelas : Teleostei
- Ordo : Ostarophysi
- Subordo : Siluroidae
- Famili : Clariidae
- Genus : Clarias
- Species :Clarias sp.
Saat ini ada 62 jenis (spesies) lele yang diketahui, yang umumnya dibagi menjadi 2 yaitu spesies Afrika dan spesies asal Asia.
3. Ciri-ciri / morfologi Ikan Lele
Bentuk tubuh yang memanjang, bulat, kepala yang agak melebar, tidak memiliki sisik, memiliki kulit yang licin, warna kulit terdapat bercak – bercak berwarna keputihan hingga kecoklatan abu – abu.
Secara
anatomi ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan (arborescent organ)
yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan
untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Alat pernapasan ini
berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh
kapiler-kapiler darah. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam
kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar oksigen (Suyanto, 2000).
Sebagai
alat bantu renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip
punggung, sirip ekor, sirip dubur. Lele juga memiliki sirip berpasangan
yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi dengan sirip
yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berguna
sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak .
BACA JUGA : Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Lele
Tengah badanya mempunyai potongan membulat,
dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang
tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).
Kepala
Kepala
bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk
ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan
tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat.
Mulut
Mulut
berada diujung moncng (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut.
Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada di belakang
bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal.
Mata
Mata berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas.
Sirip
Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal.
Sirip
perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada
dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memiliki panjang maksimum
mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan ikan remaja,
sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunnya.
Kulit
Ikan
ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam
yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua Daun
lubang penciuman yang terletak di belakang bibir atas, sirip punggung dan
dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip
ekor.
Kembali ke Daftar Isi ↑
Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Lele
Habitat ikan lele adalah semua perairan air tawar, misalnya di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang (danau, waduk, rawa-rawa) dan genangan-genangan air lainnya (kolam dan air comberan). Di sungai, ikan lele ini lebih banyak dijumpai pada tempat-tempat yang alirannya tidak terlalu deras. Pada tempat kelokan aliran sungai yang arusnya lambat, ikan lele seringkali tertangkap. Ikan ini tidak menyukai tempat-tempat yang tertutup rapat oleh tanaman air, tetapi lebih menyukai tempat yang terbuka.
Hal ini mungkin berhubungan dengan sifatnya yang sewaktu-waktu dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborecent organ, yaitu alat pernapasan tambahan yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah, yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga, serta berbentuk mirip dengan pohon atau bunga-bunga. Oleh karena itu, lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara dengan cara menyembul ke permukaan air.
Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30 derajat Celcius, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27 derajat Celcius, kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm .
BACA JUGA : Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok: Pilihan Cara untuk Peternak Lele
Faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah :
- Padat tebar
- Pemberian pakan
- Pengendalian penyakit
- Kualitas air.
Meskipun ikan lele bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar.
Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup.
Kembali ke Daftar Isi ↑
Jenis - jenis ikan lele budidaya
Setelah lele dumbo masuk ke Indonesia pada tahun 1985, jumlah Pembudidaya ikan lele di Indonesia semakin banyak. Saat itu, kepopuleran lele dumbo mengalahkan lele lokal yang menjadi satu-satunya komoditas lele budidaya di Indonesia. Hal ini dikarenakan lele dumbo lebih cepat besar, lebih menghasilkan banyak telur, dan lebih tahan terhadap penyakit.
Saat ini jumlah jenis lele budidaya di Indonesia sudah lebih beragam, tidak hanya lele dumbo dan lele lokal saja. Walaupun jenisnya banyak, namun hanya beberapa saja yang cukup potensial untuk dijadikan lele budidaya.
Kembali ke Daftar Isi ↑
1. Lele Mutiara
Lele mutiara ini merupakan hasil dari persilangan lele Mesir, Phyton, Sangkuriang, dan Dumbo. Ikan mempunyai laju pertumbuhan yang 10-40% lebih cepat dibandingkan dengan jenis lele yang lainnya. Itu sebabnya diamai "mutiara", Nama "mutiara " yang merupakan singkatan dari "Mutu Tiada Tara'. Selain itu, lele mutiara mempunyai masa pertumbuhan yang cepat di kisaran 40-80 hari, tergantung pada padat tebar benih di kolam.
Lele mutiara merupakan salah satu ikan yang memiliki angka ketahanan hidup yang tinggi. Jika Anda melakukan proses pembibitan sendiri, angka panen bibit yang akan diperoleh dari indukan lele mutiara bisa mencapai 90%.
Untuk proses pembesaran di tahap panen yang pertama, ikan dengan ukuran layak konsumsi bisa mencapai 80%. Hal ini dikarenakan ikan yang bisa hidup di suhu 15-35°C ini mempunyai daya tahan sekitar 70% terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila meski tanpa antibiotik.
Ikan jenis ini cenderung memiliki angka FCR (Feed Conversion Ratio) yang relatif rendah, yaitu di angka 0,8-1,0. Angka FCR yang rendah berarti pakan yang diberikan sudah efektif untuk pertumbuhan ikan, sehingga produktivitasnya relatif tinggi. Angka produktivitas yang dimiliki lele mutiara pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi daripada benih-benih lele lainnya.
Kembali ke Daftar Isi ↑
2. Lele Dumbo
Ikan lele dumbo merupakan persilangan dari lele Taiwan dan lele Afrika yang pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 1985. Pada saat itu, pemerintah sangat mengandalkan komoditas lele dumbo untuk memperbaiki tingkat budidaya ikan lele di Indonesia agar lebih menguntungkan.
Dibanding lele lokal, ikan lele dumbo dikenal lebih cepat besar. Lele dumbo hanya membutuhkan 2-3 bulan saja untuk menyamai ukuran lele lokal yang dibesarkan selama 1 tahun.
Lele dumbo memiliki warna hitam agak kehijauan, tetapi jika stres akan muncul bercak hitam atau putih di tubuhnya. Saat stresnya hilang, warna kulitnya akan kembali ke semula. Tidak seperti lele lokal, patil ikan lele dumbo tidak mengandung racun sehingga tidak membahayakan manusia.
Ikan yang juga kebal akan penyakit ini akan sangat aman jika dibudidayakan di kolam tanah. Tidak seperti lele lainnya, jika dibudidayakan di kolam tanah, lele dumbo tidak akan membuat lubang di tanah dasar kolam.
Kembali ke Daftar Isi ↑
3. Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan lele yang berasal dari indukan lele dumbo yang asli, lele dumbo betina generasi kedua (F2) dan lele dumbo jantan generasi keenam (F6). Lele ini dinamakan Sangkuriang karena merupakan hasil penelitian dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar yang terletak di Bogor, Jawa Barat pada tahun 2004. Lele sangkuriang tercipta karena banyaknya keluhan Pembudidaya akan kualitas lele dumbo yang semakin hari semakin menurun.
Lele sangkuriang terbukti memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan lele dumbo. Lele jenis ini dapat menghasilkan sekitar 40.000-60.000 butir telur ketika masa bertelur tiba. Lele yang terkenal lebih tahan penyakit dibanding lele dumbo dan lele lokal ini juga dapat hidup pada kolam dengan air yang sedikit. Selain itu, lele sangkuriang memiliki kualitas dan rasa daging yang lebih lezat dan lebih gurih dibanding dengan lele lainnya.
Kembali ke Daftar Isi ↑
4. Lele Lokal
Jauh sebelum lele dumbo masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah lama mengenal lele lokal sebagai ikan konsumsi. Lele lokal yang memounyai nama ilmiah Clarias Batrachus, memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari lele dumbo, warna lebih hitam kehijauan, dan memiliki patil yang beracun di kedua pangkal sirip dadanya. Apabila menyengat, patil yang mengandung racun tersebut bisa membunuh hewan serta menyebabkan demam dan bengkak pada manusia. Selain itu, patil lele lokal juga bisa digunakan untuk berjalan di darat, sehingga lele lokal ini juga disebut walking Catfish.
Di Indonesia, ada 3 jenis lele lokal, yaitu lele hitam, lele putih, dan lele merah. Di antara ketiganya, hanya lele hitam yang layak untuk dikonsumsi, sedangkan lele putih dan merah dibudidayakan sebagai ikan hias.
Penyebaran lele lokal dimulai di wilayah Asia Selatan sampai ke Indonesia bagian Barat. Lele yang hidup di sungai dan rawa-rawa ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat sejak lele dumbo masuk ke Indonesia. Penyebabnya adalah lele dumbo memiliki pertumbuhan lebih cepat, dan ukuran rata-rata yang lebih besar.
Kembali ke Daftar Isi ↑
5. Lele Phyton / Piton
Ikan lele piton adalah hasil persilangan dari lele dumbo lokal dan lele Thailand. Lele phyton mempunyai kulit berlendir yang mengandung pigmen hitam. Dengan mulutnya yang lebar, lele phyton bisa memakan ikan lain maupun bangkai yang ada di kolam budidaya. Lele phyton mempunyai 8 kumis di sekitar mulut, sirip tunggal di punggung, ekor, & dubur, serta sirip yang berpasangan di area dada & perut.
Lele piton dapat hidup di sungai dengan arus tenang, kolam, danau, atau rawa. Lele piton dapat hidup di perairan dengan kadar oksigen rendah karena mempunyai organ pernafasan tambahan di depan insangnya. Organ pernafasan tambahan ini memudahkan lele python untuk memperoleh oksigen langsung dari udara. Selama daerah tersebut mempunyai tinggi di bawah 700 m dpl, lele python dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Jika Anda ingin membudidayakan lele python di kolam tanah, sebaiknya gunakan tanah yang berjenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur, dan subur.
Cara Memilih Jenis Ikan Lele Yang Cocok
Setelah membaca karakteristik, kekurangan, dan kelebihan beberapa jenis lele di atas, Anda bisa menentukan jenis lele yang cocok. Pemilihan ini tidak hanya memilih jenis mana yang cepat bertumbuh, namun harus disesuaikan dengan lokasi kolam, kondisi udara, kondisi air, serta metode budidaya yang dibutuhkan oleh masing-masing jenis lele. S
Jika memiliki kolam yang airnya mengandung sedikit oksigen, maka sangat disarankan memilih lele phyton. Lele phyton mempunyai alat pernafasan tambahan di depan insangnya, sehingga tidak perlu menambah kincir di atas kolam untuk memberikan oksigen tambahan. Tetapi perlu diingat bahwa lele phyton tidak bisa hidup di atas ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Jadi cek kembali lokasi Anda.
Jika menginginkan lele yang pertumbuhannya sangat cepat dan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit, disarankan bisa memilih lele mutiara. Lele mutiara bisa tumbuh hingga 10-40% lebih cepat dari jenis lele lainnya dalam rentang waktu 40-80 hari. Kekurangan jenis lele ini, adalah dagingnya tidak terlalu gurih seperti jenis lele lain.
Lele dengan daging yang paling gurih dan rendah lemak adalah lele lokal. Meskipun begitu, lele lokal tumbuh dengan sangat lambat. Untuk mencapai ukuran yang sama, lele dumbo hanya membutuhkan 2-3 bulan sedangkan lele lokal membutuhkan waktu 1 tahun.
Kembali ke Daftar Isi ↑
Penyakit pada Ikan Lele
Penyakit ikan lele hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan tawar lainnya. Penyakit yang biasa menyerang terdiri dari penyakit infeksi yang disebabkan jamur, protozoa, bakteri dan virus. Berikut beberapa penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi di antaranya, serangan Bakteri Aeromonas Hydrophila, penyakit gatal (Trichodiniasis), dan penyakit Cotton wall disease.
Penyakit yang ada pada ikan lele bisa datang dari dalam tubuh ikan tersebut dan dari lingkungan sekitarnya. Kondisi air kolam dan cuaca bisa mempengaruhi kesehatan ikan lele. Air kolam yang terlampau kotor bisa mengandung amoniak dan bakteri yang membahayakan ikan. Sedangkan cuaca yang tidak menentu bisa mempengaruhi suhu air di kolam. Perubahan suhu yang terlalu cepat sangat tidak disukai ikan lele sehingga akan mengganggu metabolismenya hingga menyebabkan stres.
Ketika imunitas ikan lele sedang menurun, ikan lele akan mudah dihinggapi hama atau penyakit yang ada di sekitarnya. Penyakit pada lele juga bisa berasal dari pemberian pakan yang tidak tepat, entah itu dari jenis pakannya atau manajemen pemberiannya.
Walaupun terkenal sebagai ikan yang mempunyai ketahanan hidup tinggi, ikan lele juga bisa terserang penyakit. Tidak hanya menyerang organ luar ikan saja, penyakit-penyakit berikut ini juga bisa menyerang organ dalam ikan.
1. Penyakit Bintik Putih
Penyakit bintik putih pada ikan lele disebabkan oleh protozoa dari jenis Ichthyphyhirius multifillis. Untuk menghindarinya, Anda disarankan untuk menjaga kebersihan kolam ikan lele dan memastikan suhu air kolam di angka 28°C.
Pengendalian / Pengobatan :
- Anda dapat menaburkan garam ke kolam sebanyak 2-3 kali per harinya.
- Agar tidak menulari ikan lele lainnya, Anda juga bisa memisahkan ikan yang terjangkit penyakit bintik putih dari ikan lainnya dan memperbaiki sistem sanitasi di kolam.
Kembali ke Daftar Isi ↑
2. Penyakit Jamur Air
Biasanya, jamur hanya menghinggapi ikan yang memang sedang sakit atau terluka saja, bukan ikan yang sehat. Jamur hanya tumbuh di tubuh ikan yang sedang mengalami penurunan daya tahan tubuh. Saat terinfeksi jamur, akan timbul benang menyerupai kapas di tubuh ikan, terutama di bagian yang terdapat luka.
Jika terserang jamur, ikan juga akan kehilangan agresifitasnya. Untuk mengobati ikan lele yang sudah terkena jamur, Anda disarankan untuk mengkarantina ikan di kolam yang sudah steril.
Kembali ke Daftar Isi ↑
3. Penyakit Cotton Wool
Penyakit pada ikan lele selanjutnya adalah penyakit Cotton Wool. Jika sudah terjangkit penyakit ini, akan ada luka, lapisan putih, dan bintik putih di permukaan tubuh ikan. Ikan lele yang sudah terinfeksi penyakit Cotton Wool juga akan bergerak sangat lambat dan terlihat lesu.
Penyakit ini muncul karena membusuknya sisa pakan yang ada di dasar kolam serta suhu air yang terlalu tinggi. Untuk mencegahnya, Anda bisa memperbaiki manajemen pemberian pakan dan mempertahankan suhu air di angka 28°C.
Gejala
- Terdapat luka lecet pada tubuh lele secara mendadak dan terus bertambah.
- Tubuhnya seperti dilapisi bintik putih yang lama kelamaan menjadi lapisan putih.
- Malas berenang atau gerakan renang melambat.
- Dalam kondisi lebih parah, lele akan mengambang seperti mati.
Penyebab
- Penyakit ini disebabkan oleh bakteri flexibacter columnaris. Penyakit ini akan menyerang insang ikan lele. Kemunculan bakteri Flexibacter Columnaris yang dipicu oleh sisa pakan kotor di kolam, suhu air naik drastis, dan kebersihan air yang kurang.
Pengendalian / pengobatan
- Untuk mengobatinya bisa diberi OTC 50 mg per kg pakan lele selama 10 hari dan antibiotik. Pertahankan suhu tetap 28 derajat celcius.
- Pengobatan lain bisa dilakukan dengan cara merendam lele di air larutan OTC dosis 3 – 5 ppm selama 24 jam.
Kembali ke Daftar Isi ↑
4. Penyakit Cacar
Penyakit cacar pada ikan lele umumnya disebabkan oleh kualitas air yang buruk. Cacar biasanya muncul di tubuh ikan yang hidup di kolam dengan air kotor dan kurang perawatan. Untuk mencegah dan mengobati ikan lele yang terkena cacar, Anda disarankan untuk lebih merawat dan memperbaiki kualitas air kolam dengan menggantinya secara rutin.
Penting untuk diingat, penyakit cacar pada lele adalah penyakit yang menular. Jadi, jika Anda mendapati ikan lele terkena cacar, pisahkan ikan tersebut dari ikan lainnya.
Gejala
- Timbul kerusakan kulit seperti borok, kemudian akan merasuk ke dalam tubuh lele menyebar ke hati, daging, dan limpa.
- Lele juga menjadi lemah, pendiam, tidak agresif, dan malas makan. Pada kondisi parah tubuhnya akan kesat dan terjadi perdarahan di bagian yang borok.
Penyebab
- Penyakit cacar disebabkan bakteri Aeromonas dan Pseudomonas, bakteri ini sebenarnya bisa mati di air yang bersih dan kaya oksigen.
- Biasanya muncul karena perawatan yang kurang yakni tidak mengganti air kolam secara rutin, populasi lele di kolam terlalu padat, atau tertular dari lele baru pembawa penyakit yang tidak dikarantina terlebih dahulu.
Pengobatan
- Bisa disembuhkan dengan bahan alami, yakni dari daun pepaya mentah, buah mengkudu, dan garam.
- Tumbuk halus semuanya dan taburkan di kolam. Bisa juga dengan obat kimia yakni PK Kalium Permanganat 1 – 3 gram per meter kubik air kolam atau memberi larutan Anty Pox 220 ml per 50 meter persegi air kolam. Pilihlah obat yang mudah didapat di sekitar kalian.
Kembali ke Daftar Isi ↑
5. Penyakit Lele - Gatal
Penyakit gatal pada ikan lele disebabkan oleh bakteri Trichodina sp. Gejala yang timbul pada ikan ketika terserang penyakit ini adalah gerakan yang melemas dan warna kulit yang kusam. Karena merasa gatal, ikan akan sering menggosokkan badannya ke dinding atau dasar kolam.
Sama seperti penyakit lainnya, penyakit ini juga bisa menular melalui air.
- Untuk mengobatinya harus memperbaiki kualitas air terlebih dahulu
- Pisahkan ikan yang terjangkit penyakit dengan ikan yang masih sehat. Untuk mencegahnya, Anda bisa mengurangi kepadatan bibit ikan karena penyakit ini juga bisa disebabkan oleh kurangnya kandungan oksigen.
- Pindahkan lele ke kolam lain yang lebih luas agar lele punya ruang gerak dan cukup oksigen.
- Air yang dipakai untuk pengobatan dicampur dengan formalin dosis 40 ppm selama 24 jam penuh.
6. Serangan Bakteri Aeromonas hydrophila
/>Biasanya bila lele budidaya kita terserang penyakit ini menunjukan gejala seperti warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat juga timbul pendarahan. Lele bernafas kurang baik dan berada di permukaan air.
Aeromonas hydrophila termasuk bakteri gram negatif, dimana mempunyai karakteristik berbentuk batang pendek, bersifat aerob dan fakultatif anaerob, tidak berspora, motil, mempunyai satu flagel, hidup pada kisaran suhu 25-30 derajat Celsius. Jika organisme terkena serangan bakteri maka akan mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi septicaemia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Perutnya akan menggembung
- Siripnya akan bengkak
- Permukaan tubuhnya akan terluka.
Tidak hanya menyerang organisme budidaya seperti ikan, tetapi penyakit ini juga menyerang manusia dimana menyebabkan infeksi pada gastroenteristis, diare dan extra intestinal pada manusia.
Bakteri Aeromonas hydrophila sangat mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80 – 100%) dalam kurun waktu yang singkat (1 – 2 minggu). Sehingga sangat merugikan petani ikan dalam usaha budidaya ikan. Tingkat virulensi dari bakteri Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan kematian ikan tergantung dari racun yang dihasilkan.
Sama seperti penyakit Cotton Wool, bakteri ini muncul karena banyaknya sisa pakan yang membusuk di permukaan kolam. Maka dari itu, untuk menghindari ikan lele dari bakteri ini, Anda harus mengatur manajemen pemberian pakan dengan sangat baik.
7. Penyakit Lele Kuning (Jaundice)
Merupakan penyakit ikan lele mematikan, terjadi karena perawatan pakan yang tidak baik.
Gejala
- Sekujur tubuh lele berwarna kekuningan seperti keracunan.
- Lele tidak mau makan dan malas berenang.
- Insang dan organ dalam juga berwarna kuning jika dilakukan pembedahan.
Penyebab
- Penyakit kuning terjadi karena kelalaian peternak dalam budidaya, yakni memberikan pakan yang buruk atau tak layak, juga memberikan pakan alternative berlebihan seperti ikan rucah dan jeroan.
- Sebab itu dalam memberi pakan harus diperhatikan kualitasnya dan tanggal kadaluarsanya.
Pengobatan / Pengendalian
- Karena terjadi karena pakan, pertama lele harus dipuasakan agar racun akibat pakan bisa keluar. Ganti air agar lebih bersih dan segar.
- Dulur bisa menambahkan probiotik untuk meningkatkan bakteri baik dan membantu menguraikan racun yang ada di tubuh lele.
- Setelah 2 – 3 hari barulah lele diberi pakan yang baik dan berkualitas serta tambahkan probiotik ikan lele untuk meningkatkan daya tahan dan mempercepat kesembuhan.
Kembali ke Daftar Isi ↑
8. Penyakit Darah Cokelat
Gejala
Gejala paling umum terjadi adalah hilangnya nafsu makan pada ikan lele.
Penyebab
Kualitas air yang digunakan tidak diperhatikan kebersihannya. Air yang sudah berwarna hitam atau kecoklatan akan lebih beresiko mengakibatkan ikan lele terkena penyakit darah cokelat.
Pengobatan / Pengendalian
Diberikan antibiotik Oksitetrasiklin dan Sulfonamide selama 5 hari untuk mengurangi infeksi. Kurangi pemberian pakan terlebih dahulu. Pastikan ikan yang sakit dikarantina.
Kembali ke Daftar Isi ↑
9. Penyakit Lele Menggantung / Enteric Septicemia of Catfish (ESC)
Penyakit lele menggantung ini bisa menular lewat air, tingkat kematian hingga 50%, menyebabkan infeksi dan menyebar secara cepat.
Gejala
- Lele hilang nafsu makan, berdiam diri di atas permukaan air, kadang nampak seperti menggantung, kepala di atas ekor di bawah. Bisa juga gerakannya menjadi aneh, berenang tak menentu.
- Insang pucat, beberapa tubuhnya seperti rahang dan perut bengkak.
- Jika dipegang teraba ada cairan di tubuhnya.
- Dalam kondisi parah terjadi perdarahan di mulut dan sirip serta meluas ke seluruh tubuh.
Penyebab
- Disebabkan bakteri Edwardsiella Ictaluri, bisa hidup dengan mudah di kolam yang padat, kualitas air yang buruk, dan sirkulasi oksigen rendah.
Pengobatan / Pengendalian
- Berikan antibiotik Oksitetrasiklin dan Sulfonamide selama 5 hari untuk mengurangi infeksi. Kurangi pemberian pakan terlebih dahulu.
- Pastikan ikan yang sakit dikarantina dan lakukan disinfektan di semua kolam agar meminimalisir penularan.
- Sebab itu perlu dicegah dengan perawatan dan mekanisme pemeliharaan lele yang baik.
- Kurangi volume air pada kolam sebanyak 20%.
Kembali ke Daftar Isi ↑
10. Penyakit Kolumnaris
Merupakan penyakit yang bisa timbul di air bersih sekalipun, menyebabkan kematian masal dengan cepat 12 – 24 jam setelah gejala timbul jika tidak lansung ditangani. Penyakit ini menyerang jaringan insang, begitu bakteri masuk ke aliran darah, kematian terjadi sangat cepat.
Gejala
- Muncul warna putih di sirip lele, lama kelamaan terdapat lapisan kapas di sirip, mulut, dan sisik lele.
- Lele menyendiri, berenang di permukaan air karena sulit bernafas.
- Kulitnya pucat, bengkak di sirip dan dada.
- Lele berenang dengan gerakan aneh, pada akhirnya berada di dasar kolam dan mati.
Penyebab
- Disebabkan bakteri gram negatif Flavobacterium, artinya bakteri yang mudah tumbuh di kolam dengan kadar oksigen baik dan berair bersih.
- Keberadaan bakteri ini tidak membawa masalah sampai ada lele baru yang sebelumnya telah membawa penyakit dimasukkan ke kolam, membuat bakteri tersebut mudah menyerang dan menyebar ke seluruh kolam.
Pengobatan / Pengendalian
- Turunkan suhu air menjadi 24 derajat celcius untuk memperlambat penyebaran penyakit.
- Beri antibiotik API Furan 2 atau Tetra Fungus Guard atau Jungle Fungus Clear. Jika sulit didapatkan bisa ganti dengan antibiotik merk apapun yang memiliki kandungan Minocycline.
- Tambahkan garam 2 gram per liter air dan tebar rata ke seluruh kolam, ulangi setelah 12 jam. Setelahnya tingkatkan pemberian garam menjadi 4 gram per liter air, lakukan 12 jam.
- 24 jam setelah pemberian garam, lanjutkan dengan pemberian antibiotik kembali sampai sembuh. Biasanya lele sudah sembuh total dalam 5 – 7 hari.
Kembali ke Daftar Isi ↑
11. Penyakit Gill Poliferatif (PGD)
Merupakan penyakit serius yang membuat lele mati karena tak mampu menghirup oksigen.
Gejala
- Insang bengkak dan bau darah.
- Tak mau makan, gerak lesu.
- Sering ke permukaan air karena susah bernafas.
Penyebab
- Protozoa Aurantiactinomyxon Ictlaluri, biasanya ada pada tanah berlumpur dan cacing.
- Tertular pada lele melalui cacing atau tanah yang kurang baik pengolahannya sebelum dijadikan kolam sehingga masih banyak kuman jahat di dalamnya.
- Kuman keluar dari dalam tanah atau lewat cacing yang dimakan lele, menempel pada insang, membuat lele tak bisa bernafas, tak mampu menghirup oksigen dan akhirnya mati dengan cepat.
Pengobatan / Pengendalian
- Meskipun kemungkinan sembuh sangat kecil, bisa diusahakan terlebih dahulu dengan memperbaiki kualitas air, yakni memberi lele air kolam yang bersih dan tidak terpengaruh bakteri luar serta memiliki aerasi yang baik.
- Berikan pula tambahan obat Protik 5 gram per 250 liter air selama 7 hari. Lakukan disinfektan di kolam dan olah kembali tanah agar bakteri di dalamnya benar-benar mati.
- Memang membutuhkan perawatan yang lebih seperti memulai membuat kolam budidaya baru, namun ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan lele di kloter ternak selanjutnya
12. Penyakit lele : Channel Catfish Virus Disease (CCDV)
Menyerang lele muda usia di bawah 1 tahun atau yang lebih kecil dari 15 cm. bisa menular dari induk ke telur, lewat air, juga virus yang dibawa lele baru. Sangat dipengaruhi oleh stress dan daya tahan, jika kedua hal tersebut memburuk akan sangat mudah terjangkit.
Penyakit ini tergolong bahaya, tingkat kematian hingga 95%. Lele yang telah sembuh pun bobotnya akan turun, nafsu makan turun, dari luar nampak normal namun ia membawa virus penyakit.
Penyebab
Disebabkan virus herpes, hidup pada air bersuhu di atas 27 derajat celcius yang tidak maksimal bersihnya.
Gejala
- Nafsu makan turun, berenang tak menentu, hiperaktif kemudian tiba-tiba lesu.
- Lele berkeremun di permukaan, sering berenang dengan kepala di atas dan ekor di bawah.
- Jika diraba perut bengkak, ada darah di sirip dan perut, kulit pucat, dan terdapat cairan di sekitar perut.
Pengobatan / Pengendalian
- Obat yang mungkin bisa membantu ialah antibiotik dosis tinggi dan pemberian formalin di kolam ikan.
- Hubungi dokter hewan untuk menanganinya sebab membutuhkan Pengobatan / Pengendalian yang benar-benar intensif.
Kembali ke Daftar Isi ↑
Penutup
Ikan lele adalah ikan air tawar yang penting dalam budidaya dan juga menjadi makanan yang populer di berbagai negara. Dengan pemahaman tentang habitat alaminya, berbagai jenisnya, dan potensi penyakit yang bisa menyerang, petani ikan lele dapat merencanakan budidaya yang lebih sukses dan efisien. Semoga artikel ini membantu Anda mengenal lebih dalam tentang ikan lele dan menjadi panduan yang berguna bagi Anda dalam usaha budidaya ikan lele.