Minggu, 08 Oktober 2023

Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok: Pilihan Cara untuk Peternak Lele

Budidaya ikan lele adalah salah satu usaha yang populer di Indonesia karena permintaan pasar yang tinggi. Namun, metode budidaya tradisional sering kali menghadapi tantangan seperti polusi air dan risiko penularan penyakit. Oleh karena itu, semakin banyak petani ikan yang beralih ke metode budidaya inovatif seperti sistem bioflok. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang budidaya lele sistem bioflok dan mengapa ini bisa menjadi alternatif terbaik bagi petani ikan.

budi daya ikan lele bioflok
Sumber : tribunjateng

Pengertian Budidaya Lele Sistem Bioflok

Budidaya bioflok ikan lele adalah salah satu dari beberapa cara berbudidaya ikan lele. Banyak yang belum mengetahui cara ternak lele dengan bioflok, padahal jumlah hasil panen yang dihasilkan bisa jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional.

Secara sederhana, budidaya lele sistem bioflok mengandalkan pertumbuhan mikroorganisme untuk mengelola limbah budidaya lele sehingga berubah jadi gumpalan terkecil atau flok/floc.

Budidaya ikan lele bioflok adalah budidaya lele yang menggunakan metode pengubahan senyawa organik dan anorganik yang mengandung oksigen (O), karbon (C), nitrogen (N), dan hidrogen (H) menjadi sludge dengan mengandalkan mikroorganisme atau bakteri pembentuk gumpalan (flok) yang dapat mengkonversi biopolymer menjadi bioflok.

Bioflok yang dimaksud dapat berbentuk campuran heterogen dari mikroba seperti protozoa, plankton, dan fungi. Selain itu, bioflok juga dapat ditemukan dalam bentuk polimer organik, partikel, koloid, dan kaiton yang berinteraksi di dalam air.

Untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam air, peternak bisa menggunakan cara kultur bakteri yang berasal dari nonpatogen atau probiotik dengan aerator sebagai penyuplai oksigen di dalam kolam bioflok lele. Flok yang dihasilkan bisa digunakan kembali sebagai pakan alami untuk ikan lele, sehingga peternak lele bisa menghemat biaya pakan lele. Sistem bioflok pada lele sudah banyak dilakukan di beberapa negara maju, seperti Jepang dan Australia.

Selain itu, peternak dapat menghemat biaya pakan karena ketersediaan pakan alami yang berlimpah. Dengan berkurangnya jumlah pakan buatan yang ditebar, kualitas kolam bioflok lele terjaga dan lebih ramah lingkungan.

Manfaat dan Keunggulan Sistem Bioflok untuk Budidaya Ikan Lele

Sistem budidaya lele bioflok diklaim lebih menguntungkan dibandingkan cara budidaya konvensional, meskipun peternak membutuhkan sedikit tambahan modal. Metode ini disebut mampu menghasilkan jumlah panen lebih banyak, hingga 2 kali lipat, dibandingkan cara konvensional.
Berikut ini kami bagikan keuntungan yang bisa anda dapatkan ketika anda mengadopsi bioflok sebagai system budidaya ikan lele pada kolam terpal.

1. Menghemat Pakan

Akibat mikroorganisme yang tumbuh dalam kolam terpal. Maka ikan lele akan memiliki persediaan pakan dengan nutrisi yang tinggi.

Beberapa bahan yang dapat anda jadikan makanan alami berprotein tinggi seperti kotoran limbah tambak, sisa pakan, algae, dan juga ammonia. Dengan metode ini para peternak ikan dapat  memberikan pakan ikan hanya 2 kali sehari dengan FCR rendah yang dapat mencapai 0,7.

2. Menghemat Air

Dengan mengadopsi system bioflok, anda tidak perlu terlalu sering mengganti air kolam. Karena jika anda mengganti air kolam terlalu sering, maka nutrisi akibat bakteri pembentuk flok tidak dapatbekerja dengan baik.

Anda tidak perlu khawatir akan kualitas air yang jarang diganti, karena system bioflok dapat mengubah zat beracun yang ada pada air kolam seperti ammonia menjadi bahan pakan yang memiliki nutrisi tinggi yang baik untuk ikan lele.

3 Jumlah Produksi Ikan Lebih Tinggi

Perlu anda ketahui bahwa kolam ikan yang menggunakan system bioflok dapat menampung ikan dengan jumlah 10x lipat lebih banyak dibandingkan dengan kolam biasa. Jika pada kolam biasa, peternak menebar 100 ekor per meter kubiknya dengan alasan menghindari kepadatan yang berlebih dan menghindari resiko memakan teman sendiri atau kanibalisme, maka itu tidak akan terjadi pada kolam lele bioflok. Bahkan penebaran bibit bisa mencapai 3.000 ekor per m3.

budidaya ikan lele
Sumber Gambar : Antara Foto ( Irwansyah Putra)

Meskipun dengan kepadatan yang tinggi, ikan lele yang dipelihara pada kolam lele bioflok tidak akan mengalami stress atau kanibalisme. Ini dikarenakan ketersediaan makanan yang melimpah dalam kolam lele bioflok. Dengan padat tebar ikan lele yang tinggi tentu berbanding lurus dengan produksi ikan lele yang semakin tinggi. Yang tentunya juga akan berimbas pada keuntungan yang didapatkan oleh peternak lele dengan system bioflok.
 

4. Bisa diterapkan pada lahan terbatas

Dengan lahan yang terbatas pun anda yang pada awalnya berfikir panjang untuk beternak ikan lele, kini dapat bernafas lega, karena anda dapat membudidayakan ikan lele dengan lahan yang terbatas. Karena yang terpenting untuk kolam lele bioflok entah itu kolam terpal, kolam plastic atau drum, yang perlu anda perhatikan adalah memastikan bahwa kolam lele bioflok anda terhindar dari cahaya matahari secara langsung dan juga air hujan. Karena hal tersebut dapa mempengaruhi kelangsungkan hidup mikroorganisme yang ada di dalam kolam lele bioflok.

5. Pengontrolan Aktivitas Ikan Jauh Lebih Mudah

Dengan budidaya ikan lele menggunakan system bioflok, suhu kolam akan menurun yang dampaknya membuat aktivitas ikan pun juga menurun, sehingga ikan akan lebih tenang dan tidak mudah mengalami stress. Dan hal ini disebabkan oleh kolam lele yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.

6. Ph Air Relatif Lebih Stabil

Dikarenakan kadar asam (Ph) pada kolam lele yang menggunakan system bioflok yang cenderung rendah, maka kandungan zat racun seperti ammonia akan relative lebih kecil, dan ikan pun dapat terjaga kesehatannya.

7. Ramah Lingkungan Dan Bebas Dari Bau Tidak Sedap

Meskipun pada awal sebelum bibit ditebarkan kolam bioflok menggunakan bahan seperti kotaran, namun itu bukan berarti kolam lele bioflok menjadi bau. Karena tujuan menggunakan kotoran adalah untuk dikonversi menjadi mikroorganisme yang dapat menjadi sumber makanan bagi ikan. Jadi kolam lele dengan system bioflok tetap ramah bagi lingkungan.

8. Pertumbuhan Ikan Lebih Cepat Dan Seragam

Dengan ketersediaan pakan yang melimpah pada kolam bioflok, maka proses pertumbuhan ikan lele dapat berjalan lebih cepat dan juga lebih seragam. Karena dengan system bioflok, ikan akan mendapatkan makanan sesuai dosisnya masing-masing, sehingga tidak terjadi rebutan makanan apalagi sampai terjadi kanibalisme.

9. Hasil Panen Ikan Lele Bioflok Memiliki Kualitas Tinggi

Ini adalah efek samping dari 8 keuntungan budidaya ikan lele dengan system bioflok yang sudah dijelaskan diatas. Dengan ikan yang terawat dengan baik mulai dari pakan hingga kualitas kolam, maka hasil panen pun tentunya akan semakin berkualitas pula. Dengan hasil panen yang berkualitas tentunya akan mendapatkan harga jual yang tinggi pula.


Kelemahan  Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok

Meskipun terlihat mudah dan menguntungkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin berbudidaya dengan sistem bioflok. 

1. Konsumsi listrik tinggi

Faktor utama keberhasilan budidaya lele sistem bioflok adalah dengan mengandalkan aerator sebagai penyuplai oksigen.

Aerator harus berjalan terus-menerus setiap hari. Bila aerator berhenti, ada risiko terjadinya endapan bahan organik di dasar kolam. Endapan tersebut dapat mempengaruhi tingkat keasaman air. Oleh karena itu, aerator harus terus menyala, sehingga konsumsi listrik bertambah.

2. Kondisi lingkungan sensitif

Bioflok lele tidak dapat diterapkan pada kolam tambak yang bocor karena rembesan air tersebut bisa mengancam biosekuriti kolam. Peternak perlu melakukan pemeriksaan rutin pada air untuk mengetahui apakah terdapat amonia atau nitrit. Selain itu, bila jumlah flok di dalam kolam terlalu pekat, ikan lele dapat mengalami kematian massal secara bertahap karena kadar oksigen rendah.


Cara Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok

Berikut ini adalah langkah-langkah budidaya ikan lele bioflok berikut ini.

1. Pembuatan Kolam Bioflok Lele

Kolam merupakan hal pertama yang harus disiapkan oleh peternak ikan. Karena kolam merupakan tempat tinggal bagi ikan, maka kolam ikan harus memenuhi beberapa syarat agar tingkat keberhasilan budidaya ikan lele bisa lebih maksimal.
 

Secara umum untuk budidaya ikan dikenal 4 jenis kolam yaitu :

  1. Kolam beton atau semen
  2. Kolam tanah
  3. Kolam terpal kotak
  4. Kolam terpal bundar

Jenis kolam terpal lebih sering digunakan oleh peternak ikan lele, karena  kolam terpal lebih efisien dan lebih hemat biaya dan juga lebih mudah di bongkar pasang sesuai keperluan.

Untuk memulai budidaya lele menggunakan sistem bioflok, peternak hanya perlu menyiapkan kolam terpal dengan ukuran kolam 1-3 m3 saja. Ukuran kolam sekitar 1 m3 dapat menampung hingga 1.000 ekor ikan lele. Jumlah tersebut relatif tinggi dan bisa membawa keuntungan lebih banyak bila mengingat kolam budidaya lele konvensional dengan ukuran yang sama hanya mampu menampung sekitar 100 ekor ikan lele.

Biaya pembuatan kolam terpal juga terbilang murah dan tidak terlalu memakan banyak tempat. Untuk membuat kolam tersebut berdiri kokoh, peternak dapat menggunakan besi atau bambu sebagai kerangka kolam.

Di bagian dasar kolam, peternak perlu membuat sistem pipa sebagai jalur keluarnya kotoran lele. Kemudian, buat pula sistem pipa agar saat kotoran tersebut teralirkan keluar, ada proses penambahan air ke dalam bioflok agar kolam tidak kering. Kotoran yang keluar tersebut akan diolah kembali menjadi pupuk organik atau sebagai pakan alami.

sketsa pembuatan kolam bioflok


Tak ketinggalan, buatlah atap di bagian atas kolam supaya air hujan atau sinar matahari tidak langsung mengenai kolam. Air hujan dan sinar matahari yang masuk langsung mengenai kolam dapat mengganggu kualitas air. Sentuhan terakhir dari pembuatan kolam bioflok lele adalah aerator sebagai alat untuk menyuplai oksigen.


Kolam Terpal Sistem Bioflok

Bagi anda yang ingin membuat kolam terpal sendiri silakan ikuti tahap – tahap berikut ini :
Alat dan Bahan Membuat Kolam Terpal Bulat

  1. Terpal
  2. Talang terpal
  3. Terpal atap
  4. Besi wire-mesh
  5. Ripet atau kabel ties
  6. Paralon
  7. Bengkokan paralon 2 buah
  8. Las listrik

Cara Pembuatan Kolam Terpal Bulat

  1. Potong besi wire-mesh menjadi 2 bagian sehingga menghasilkan 2 ukuran 5,4m x 1,05m sebanyak 2 buah.
  2. Gabungkan 2 besi wire-mesh menggunakan las listrik hingga terbentuk ukuran 10,8m x 1,05m.
  3. Persatukan kedua ujung besi wire-mesh menjadi bentuk bulat. Dan sampai disini terbentuklah rangka kolam terpal bulat.
  4. Siapkan lahan atau tempat menaruh rangka kolam terpal yang anda buat. Pastikan ukuran lahan yang anda siapkan sama dengan ukuran rangka yang sudah anda buat. Bagian tengah lahan dibuat sedikit mengerucut.
  5. Siapkan saluran pembuangan dengan meletakkan pipa PVC pada saluran pembuangan.
  6. Pasang kerangka kolam terpal pada lingkaran lahan atau tanah yang berbentuk kerucut yang sudah anda buat.
  7. Pasang karpet talang pada setiap sisi dalam rangka besi kemudian ikat dengan kabel ties atau ripet.
  8. Selanjutnya pasang terpal dengan rapih hingga membentuk kolam bulat.
  9. Beri lubang pada bagian tengah untuk menempatkan pipa PVC sebagai saluran pembuagan nantinya.
  10. Selesai, dan kolam siap untuk digunakan.

2. Persiapan Air Kolam

Setelah kolam bioflok lele berdiri kokoh, peternak dapat mempersiapkan kolam. Dalam sistem yang biasa untuk pengolahan air dilakukan selama 10 hari. Dan setelah 10 hari, jika air benar – benar dinyatakan matang, maka bibit ikan lele siap ditebar dengan pada tebar.

Hari ke-1
Dalam contoh ini kami menggunakan kolam terpal bulat dengan diameter 3M tinggi 1,2M.

Isi air dengan ketinggian 0,5M dihitung dari dasar kolam bersamaan dengan kaporit sebanyak 4gram. Pengisian air dilakukan pada pagi hari menggunakan air sumur. Bagaimana jika menggunakan air PDAM? Pertanyaan yang bagus, Budidaya ikan lele menggunakan air PDAM akan kami bahas dalam artikel selanjutnya.

Pada hari pertama ini aerator sudah mulai dinyalakan terus hingga panen. Pastikan juga Anda menghitung volume air yang Anda isikan ke kolam. Dan jika sesuai juknis, maka volume air dalam kolam berjumlah 4,71 meter kubik

Tujuan pengisian air yang tidak terlalu banyak agar proses pembentukan bioflok dapat terjadi lebih cepat. Selain itu, karena ikan akan ditebar ke dalam kolam masih bibit yang berukuran kecil, maka pengisian air yang tidak terlalu dalam dapat menghindarkan bibir lele dari stress atau kematian karena belum mampu menahan tekanan air.

Hari Ke-2
Di Hari kedua ini adalah fase penggaraman. Masukkan garam krasak atau garam grosok (non yodium) sebanyak 200 gram.

Tujuan dari pemberian garam adalah untuk menstabilkan ph air. Dengan Ph air yang stabil beberapa penyakit seperti jamur, moncong putih, kumis kriting dll bisa dihindari.

Hari Ke-3

Masukkan molase atau tetes tebu sebanyak 800 liter. Pada tahap ini beberapa pembudidaya juga ada yang menambahkan gulan pasir ataupun gual aren atau kedua-duanya.
Pemberian molase pada air kolam berfungsi sebagai bahan yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri pengurai agar dapat berkembang secara lebih efektif.

Hari Ke-4

Masukkan ragi tape pada pagi hari sebanyak 4 butir. Dan pada sore harinya masukkan dolomit atau dolosit sebanyak 400gram.

Catatan
Cara pengaplikasian dolomit/dolosit dengan cara menyampurkan 400gram dolomit/dolosit dengan air sumur kurang lebih sebanyak 5 liter. Setelah dolomit/dolosit tercampur dengan air dengan cara diaduk, kemudian tunggu beberapa menit hingga dolomit/dolosit mengendap. Dan air diatas endapan itulah yang dimasukkan ke dalam kolam. Endapan dolomit/dolosit tidak dipakai.

 Hari Ke-5
Masukkan mikro bakteri secara merata kedalam kolam sebanyak 800mililiter kemudian biarkan kolam hingga sampai hari ke sebelas atau air sudah dalam kondisi matang.

Dan pastikan selama masa pengadungan ini aerator masih tetap menyala dengan baik agar air dapat matang dengan sempurna.

Ciri air kolam sudah siap
Tanda air sudah matang, air akan berubah warna menjadi dominan kecoklatan seperti air yang keruh. Namun meski terlihat keruh, ketika diambil sampel dalam gelas bening atau kaca, air akan berubah menjadi jernih kembali ketika di diamkan.

Dalam proses pengelolaan air selanjutnya, cukup menambahkan air secukupnya ketika air surut. Air surut dimungkinkan karena perembesan air pada kolam terpal.

Selesai, dan kolam siap untuk digunakan.

3. Penebaran Benih Lele

Selanjutnya, peternak dapat menebarkan benih lele yang telah dipersiapkan. Namun, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan benih ini, di antaranya:

  • Gerakannya aktif
  • Warna dan ukuran seragam
  • Lengkapnya organ tubuh dan tidak cacat.
  • Ukuran 4-7 merupakan pilihan yang proporsional.

benih lele

 

4. Pemberian Probiotik Tambahan

Saat proses pembesaran benih lele, peternak perlu memberikan probiotik tambahan sebelum ukuran lele mencapai 12 cm. Berikan probiotik tambahan dengan dosis sebagai berikut :

  • 5 ml/m3 probiotik
  • 1 sendok makan/m3 ragi tempe
  • 2 butir/m3 ragi tape
  • Tambahkan dolomit 200-300 gr/m3 pada malam hari (ambil airnya saja) setiap 10 hari sekali.

Bila lele sudah mencapai ukuran 12 cm dan lebih, maka pemberian ragi tempe mulai ditambah. Berikan probiotik dengan dosis  sebagai berikut :

  • 5 ml/m3 probiotik
  • 3 sendok makan/m3 ragi tempe
  • 6-8 butir/m3 ragi tape
  • Tambahkan dolomit 200-300 gr/m3 pada malam hari (ambil airnya saja).

Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, ragi tempe dan tape perlu dilarutkan terlebih dulu di dalam air.

5. Pemberian Pakan

Meskipun flok hasil olahan limbah lele bisa dijadikan pakan alami, peternak tetap perlu mempersiapkan pakan lainnya, namun dengan jumlah dosis yang lebih sedikit dari biasanya. Pastikan pakan lele mengandung nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan lele, dengan ukuran pakan yang tidak terlalu besar tetapi tidak terlalu kecil, sesuai dengan ukuran mulut lele.

Idealnya, berikan pakan lele di pagi dan sore hari dengan dosis sebesar 80%. Akan tetapi, karena adanya pakan alami untuk lele di sistem bioflok ini, dosis pakan bisa dikurangi hingga 30%. Pakan yang akan diberikan kepada lele sebaiknya difermentasi terlebih dulu dengan probiotik.

6. Tips perawatan

  • Jangan lupa untuk selalu mengecek aerator kolam, jika mati lampu atau saluran air macet, Anda dapat menutupnya dengan plastik.
  • Pemberian pakan yang teratur akan mempermudah pemanenan lele yang seragam dengan cara menyediakan jenis pakan yang sesuai dengan umur dan lebar mulut ikan lele.
  • Pada umumnya pemberian pakan oleh petani memberikan saran cukup pada pagi hari dan sore hari 500-700 gram/hari selama 2,5-3 bulan lamanya. Dosis pemberian pakan hanya 80% saja sesuai kekuatan perut ikan.
  • Untuk meminimalisir timbulnya penyakit, alangkah baiknya ikan dipuasakan setiap seminggu sekali (satu hari full tidak diberi makan). Jika mau memberikan pakan, usahakan di fermentasi dulu dengan probiotik. Pada akhirnya akan terbentuk flok dan dengan 30% pemberian pakan dapat Anda kurangi.

7. Masa Panen

Tahapan akhir budidaya lele sistem bioflok adalah pemanenan. Waktu untuk menunggu panen lele sistem bioflok ini pada umumnya hingga umur lele 2,5-3 bulanan. Biasanya 1 kg dapat berisi 7-8 ekor ikan lele normal.
Alangkah baiknya sebelum melakukan pemanenan budidaya lele sistem bi0flok ini menunggu dulu perputaran harga yang bagus untuk mendapatkan keuntungan yang lebih.

Penutup

Budidaya lele sistem bioflok adalah alternatif yang menarik dan berkelanjutan bagi petani ikan lele. Dengan pengendalian kualitas air yang lebih baik, tingkat pertumbuhan yang cepat, dan manajemen penyakit yang lebih baik, metode ini dapat meningkatkan hasil dan keuntungan petani. Dengan teknik yang benar dan pemahaman yang baik tentang sistem bioflok, petani ikan lele dapat mencapai kesuksesan yang lebih besar dalam usaha budidaya mereka. Dengan demikian, budidaya lele sistem bioflok layak dipertimbangkan sebagai alternatif terbaik untuk petani ikan di Indonesia.

Admin