Sabtu, 09 September 2023

Budidaya Tanaman Temulawak: Panduan Lengkap

Tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan herbal yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Akarnya yang kaya akan senyawa aktif, terutama kurkuminoid, telah membuat temulawak menjadi tanaman yang sangat dicari dalam pengobatan tradisional. Untuk mendapatkan manfaat dari tanaman ini, budidaya temulawak dapat menjadi pilihan yang baik. Dalam artikel ini, kita akan membahas panduan lengkap tentang budidaya tanaman temulawak.

cara menanam temulawak


Temulawak adalah tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43-80 cm.

Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9-23cm dan lebar 4-6 cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25-2 cm dan lebar 1 cm.


Syarat Tumbuh Tanaman Temulawak

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. 

Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. 

Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.

Untuk memaksimalkan budidaya tanam temulawak, perhatikan kesesuaian lahan  sebagai berikut:

  • Ketinggian 200-700 mdpl
  • Curah hujan tahunan 1500-4000 mm
  • Suhu udara 20-30 derajat Celcius
  • pH tanah : 5,0-6,5
  • Jenis tanaha : latosol, andosol, podsolik, regosol
  • Struktur tanah : subur, gembur, banyak mengandung tanah humus
  • Tekstur tanah : berpasir, liat berpasir, dan tanah laterik
  • Kemiringan lahan maksimum 30% (diikuti konservasi lahan)
  • Naungan maksimal 30%

Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.

Persiapan lahan tanam

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan temulawak.

 Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur. Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm.

bedengan tanaman temulawak



Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.

 Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.


Penyiapan Bibit

Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpangnya, baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500- 700 kg/ha. 

Tahap pemilihan bibit

Pemilihan benih adalah proses penyediaan bahan tanaman / benih setelah melalui proses seleksi. Tujuannya adalah menyediakan benih temulawak yang berkualitas sehingga menjamin stabilitas dan kepastian hasil budidaya temulawak.

Alat dan Bahan

  • Benih
  • Pisau bersih
  • Abu

Benih temulawak yang digunakan harus berkualitas dengan ciri-ciri :

  1. Berasal dari varietas unggul yang terindetifikasi dengan jelas asal-usulnya.
  2. Merupakan spesies/varietas murni yang tidak tercampur
  3. Berasal dari tanaman indukan yang sehat dan berumur 10-12 bulan atau anakan dari rimpang yang sehat.
  4. Apabila menggunakan rimpang induk, hanya seperempat bagian (satu rimpang dibelah menjadi 4 bagian membujur) untuk satu lubang tanam. Sedangkan untuk rimpang anak berukuran 20-40 gr/potong
  5. Tidak ada gejala penyakit layu, dan lalat rimpang. Benih rimpang induk dan rimpang anakyang sehat bisa dilihat di gambar di bawah ini.
    rimpang temulawak

  6. Jika rimpang dipatahkan akan terlihat banyak serat
  7. Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas
  8. Warna lebih mengjkilat dan terlihat bernas
  9. Rimpang mempunyai 2-3 mata tuas
  10. Benih tidak cacak fisik (luka, memar)

Tahap penyemaian benih

Penyemaian benih adalah proses peletakan benih untuk dikecambahkan.

Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10-12 bulan. Untuk penyiapan bibit, tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.

Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam. Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, penyiraman dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. 



Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.


Tahap Penyemaian Benih

Alat dan Bahan

  • Benih
  • Jerami / sekam
  • Abu dapur
  • Zat desinfektan
  • Zat pengatur tumbuh
  • Cangkul, gembor, ember

Cara penyemaian

  1. Media penyemaian berupa jerami atau dekam degan ketebalan masing masing 5 cm dalam 4 lapis dengan ketinggian 20-25 cm
  2. Kelembababan terjaga dengan menyemprot media semai dengan air 1-2 kali/minggu (jangan disiram)
  3. Rimpang harus sehat, sudah dijemur ulang sektar 2-3 hari
  4. Pencelupan rimpang ke dalam larutan desinfektan dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit sebelum dilakukan penyemaian di dalam media semai
  5. Penggunaan abu dapur atau sekam padi di bagian atas media semai
  6. Penyemaian benih dilakukan selama 2-4 minggu

Cara penanaman temulawak

Penanaman

Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air. Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Untuk penanamannya, satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm. Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang.

Penanaman di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.  Naungan yang optimal untuk tanaman temulawak adalah sebesar 60% atau intensitas sinar sebesar 40% yang ditunjukkan oleh berat kering total, berat kering rhizome, tinggi tanaman serta luas daun tertinggi.

Pemeliharaan

1. Pemupukan
pemupukan dapat menggunakan pupuk organik ataupun pupuk buatan. Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat- obatan, pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos organik/pupuk kandang yang dilakukan lebih sering dibandingkan kalau kita menggunakan pupuk buatan.

Pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman.

Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan. Untuk pemupukan secara buatan (konvensional) dapat dilakukan dengan cara memberikan pupuk dasar yang diberikan saat tanam. Pupuk yang digunakan yaitu SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

Pemupukan susulan dilakukan pada waktu tanaman berumur dua bulan. Tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.

Produksi dan mutu temulawak sangat dipengaruhi oleh teknologi budidaya salah satunya adalah pemupukan. Secara umum dosis pupuk anorganik yang harus diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen temulawak adalah: urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg, 100 kg dan 100 kg/ha untuk pola monokultur serta 200 kg/ha untuk pola tumpang sari. SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, urea diberikan 3 kali, yaitu pada umur 1,2 dan 3 bulan setelah tanam masing-masing sepertiga bagian.


Kebutuhan unsur hara tanaman temu lawak dapat dipenuhi dengan pemberian pupuk an organik dan organik. Dosis pupuk an organik yang diberikan adalah 200 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha untuk pola tumpangsari. Sedangkan pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 10-20/ha.

Aplikasi pemupukan berpengaruh terhadap parameter berat rimpang, panjang dan lebar rimpang serta jumlah rimpang induk, namun tidak berpengaruh terhadap diameter rimpang. Penggunaan pupuk kandang kambing 2 kg/tanaman + pupuk buatan (2 g urea, 1,8 g SP-36 dan 2,7 g KCl per tanaman) menghasilkan berat rimpang paling tinggi namun tidak berbeda dengan perlakuan pupuk kandang 1 kg/tanaman secara tunggal maupun dengan penambahan pupuk buatan. Kandungan kurkumin tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan yaitu 4,1 %.

Pupuk bio secara nyata mampu meningkatkan produktivitas temulawak, namun peningkatan tersebut dipengaruhi oleh kondisi agroekologi. Produksi rata-rata rimpang temulawak segar dengan paket pemupukan anorganik sesuai rekomendasi adalah 9,56 ton/ha, meningkat menjadi 11,86 ton/ha dan 14,04 ton/ha dengan penambahan pupuk bio sebesar 45 kg/ha dan 90 kg/ha atau meningkat sebesar 24% dan 47%.


2. Penyulaman

Tanaman yang rusak/mati diganti dengan bibit yang sehat dari bibit cadangan. Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan unsur hara dan air..

3. Penyiangan

Penyiangan pertama dan kedua dilakukan pada 2 dan 4 bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.

4. Pengairan

Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.

5. Pembumbunan

Kegiatan pembumbunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembumbunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembumbunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.

Hama dan Penyakit Hama

1. Hama temulawak 

Hama tanaman temulawak adalah:

  • Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp)
  • Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn)
  • Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).
Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.

2. Penyakit pada tanaman temulawak

Penyakit yang menyerang temulawak, antara lain:

1. Jamur Fusarium

 Jamur ini disebabkan oleh fungus oxysporum Schlecht dan Phytium sp serta bakteri Pseudomonas sp yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. 

Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daun menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. 

Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae.  Fungisida yang dapat digunakan adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.

2. Penyakit layu

Penyakit layu  disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. 

Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.

Selain hama dan penyakit, gulma juga sering mengganggu tanaman temulawak.  Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.

Panen temulawak

Pemanenan temulawak dilakukan saat rimpang berumur 10-12 bulan sejak tanam. Ciri-ciri rimpang siap panen :

  • Warna daun berubah dari hijau menjadi dan semua batang menering
  • Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas / tidak mudah lecet
  • Apabia dipatahkan berserat dan aroma rimpang menyengat
  • Warna rimpang lebih mengkilap dan terlihat bernas

Cara panen

  1. Lakukan pemanenan dengan hati-hati menggunapan garpu/cangkul, tidak dengan cara dicabut dan diusahkan jangan sampai rimpang terluka.
  2. Bersihkan rumpung rimpang dari akar, tanah, dan batang-batang tanamannya. 

panen temulawak

 Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.

Tahap pasca panen

Pascapanen yang dilakukan adalah dengan mencuci rimpang dari kotoran yang melekat sampai bersih. Selanjutnya rimpang ditiriskan. Untuk membuat simplisia, rimpang diiris setebal 7-8 mm lalu dijemur. Proses pengeringan irisan rimpang dapat dilakukan dengan dijemur di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering buatan dengan suhu 50 derajat Celcius.

Umur panen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah dan bobot kering rimpang. Umur panen 7 bulan meningkatkan kandungan xanthorrhizol tanaman temulawak. Interaksi antara umur panen dan cekaman kekeringan tidak berpengaruh nyata terhadap karakter agonomi dan fisiologi tanaman temulawak.

Admin