Asal Usul, Jenis Pinang, dan Manfaat Tiap Bagian Tanamannya
Tanaman pinang (Areca catechu) adalah tanaman tropis yang tumbuh subur di wilayah Asia Tenggara. Buah pinang telah lama menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi di daerah ini, digunakan untuk berbagai tujuan seperti ritual adat, obat tradisional, dan sebagai bahan makanan. Artikel ini akan membahas asal usul tanaman pinang, berbagai jenis varietas tanaman pinang, manfaatnya, serta persyaratan yang diperlukan untuk menanam tanaman ini.
Asal Usul Tanaman Pinang
Tanaman pinang diduga merupakan tanaman asli Asia Selatan. Penyebarannya meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara serta beberapa pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar dari tanaman ini terdapat di Semenanjung Malaya (Malay-Archipelago), Filipina dan Kepulauan Hindia Timur (East Indies Island). Pola penyebaran spesies Areca di Indonesia terutama di Malaya, Kalimantan dan Sulawesi yang terdiri dari 24 spesies. Kelompok Hindia Timur merupakan pusat keragaman tanaman pinang terbesar.[Luas tanaman pinang di Indonesia ±147.890 ha dengan penyebaran hampir di semua wilayah Indonesia, terutama di Pulau Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha, Kalimantan luas 4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha.
Linneaus menamakan Areca catechu pada saat melakukan deskripsi pada tahun 1753. Areca berasal dari kata Melayu adeka atau adaka. Kata Catechu berasal dari bahasa Portugis cacho (dalam bahasa Inggris cutch), kemudian ditranskrip ke dalam bahasa Jepang sebagai catechu dan digunakan sebagai kata asli untuk obat-obatan dari kata Acacia catechu, yang diimpor dari Jepang ke Jerman pada abad ke-17 sebagai Terra japonica. Budidaya pinang secara komersial hanya dilakukan di India, Bangladesh dan Sri Lanka.
Di Indonesia, tanaman pinang tumbuh secara liar atau ditanam sebagai tanaman pekarangan kecuali di beberapa daerah di Sumatera sebagian petani sudah mulai membudidayakan walaupun tidak dalam areal yang luas. Pinang sudah umum dimanfaatkan di India, Sri Lanka, Maldives, Bangladesh, Myanmar dan sebagian besar masyarakat di Kepulauan Asia Pasifik. Juga populer di Indonesia Thailand, Kamboja, Malaysia, Vietnam, Filipina, Laos dan Cina.
Tanaman pinang varietas unggul Indonesia
Keragaman karakter pinang berdasarkan genetiknya cukup luas. Beberapa karakter yang dapat dijadikan sebagai pembeda antarvarietas antara lain, tinggi batang, warna buah, ukuran buah dan produksi buahnya. Di India, terdapat 5 varietas unggulan yang didasarkan pada produksi buah matang/pohon/tahun. Kelima varietas tersebut adalah:
- Mangala 10 kg buah matang/ pohon/ tahun
- Sumangala 17,25 kg buah matang/pohon/tahun
- Sree Mangala 15,63 kg buah matang/pohon/ tahun
- Mohitnagar 15,8 kg buah matang/pohon/tahun; dan
- Calicut 18,89 kg buah matang/ pohon/tahun.
Sejak tahun 1980-an Balai Penelitian Tanaman Palma telah melakukan eksplorasi pinang unggul di berbagai daerah di Indonesia, dan berhasil mengoleksi 41 aksesi pinang. Dalam koleksi tersebut, 24 aksesi diantaranya memiliki keunggulan produksi. Karakteristik ke-24 aksesi pinang Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel Karakteristik koleksi ex situ pinang di Kebun Percobaan Kayuwatu, Sulawesi Utara
Di Indonesia, terdapat varietas unggul yakni Pinang Betara dan terdapat banyak jenis Pinang, namun yang sudah dilepas Menteri Pertanian yakni Pinang Betara. Selain itu ada varietas lainnya. Berdasarkan produktivitas buah per tandan per pohon, beberapa aksesi memperlihatkan produktivitas tinggi, aksesi-aksesi tersebut adalah Betara (131.35 butir), Bengkulu-1 (119 butir), Sumbar (100 butir), Nifasi-1 (91 butir), Oyehe (83 butir), Sumbar-2 (81 butir), Sumut-2 (79 butir), Jaharun (79 butir), Sumut-1 (75.38 butir), Muara Sabak Timur3 (73.07 butir), Kalisusu (71 butir), Molinow-2 (67 butir), Sumbar-3 (65.36 butir), Kampung Harapan (65 butir), Kaliharapan (63 butir), Bengkulu-2 (61.92 butir), Galangsuka (60 butir), Mongkonai (59 butir), dan Muara Sabak Timur-2 (53.17 butir).
Varietas pinang yang sudah dilepas Menteri Pertanian Indonesia dan menjadi varietas unggul ialah Pinang Betara. Selain itu ada varietas pinang lain, berikut penjelasannya masing masing.
1. Pinang Betara
Pinang Betara berasal dari Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Saat muda, buahnya berwarna hijau tua dan berwarna oranye ketika matang. Bentuknya oval seperti telur dengan sabut berwarna putih agak kecoklatan pada bagian dalamnya, sedangkan bagian luarnya berwarna oranye. Tempurungnya berwarna putih kekuningan, sedangkan bijinya berwarna agak kecoklatan. Tanaman ini berkembang di lahan gambut di mana umur 4-5 tahun merupakan umur mulai berbunga dan 6-7 tahun merupakan umur mulai panen.
2. Pinang Bulawan
Pinang Bulawan merupakan varietas unggul yang berasal dari Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara. Pinang ini memiliki keunggulan pada ukuran buah yang besar, kadar tannin yang tinggi serta potensi produksi yang tinggi.
3. Pinang Merah
Pinang merah (Gyrtostachys lakka Becc) atau biasa disebut pinang raja diduga kuat berasal dari Semenanjung Malaka, Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan. Ciri-ciri pinang ini antara lain memiliki batang yang langsing, daunnya majemuk menyirip warnanya hijau, dan pelepahnya berwarna kemerahan. Tanaman ini juga tumbuh secara merumpun.
Pinang merah bisa tumbuh hingga tingginya mencapai 10 m dengan diameter sekitar 12 cm. Pinang merah mempunyai bunga yang berbentuk malai. Posisi bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam kedudukan yang berselang-seling. Sedangkan buah pinang merah berukuran kecil, bentuknya bulat telur, dengan ukuran panjang sekitar 1 cm dan diameter terlebar 6 mm. Batang pohonnya yang sudah tua sering digunakan untuk membuat antan karena memiliki tekstur yang keras.
4. Pinang Hutan
Pinang hutan (Pinanga Kuhlii B1) tumbuh subur di daratan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pertumbuhan pinang ini secara merumpun dengan bentuk batang yang ramping dan berbuku-buku.
Pinang hutan bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 2–6 m dan diameternya antara 2–5 cm. Pinang ini mempunyai tangkai daun yang panjangnya sampai 60 cm, penampang pelepah berbentuk persegi panjang, memiliki sisik, serta berwarna cokelat kemerahan.
Bunga
Bunga yang dimiliki tanaman pinang hutan berbentuk bulir, panjangnya sekitar 15–20 cm, dan mengandung 5-20 anak bulir. Seluruh bunga ini tersusun dalam dua deretan pada anak bulirnya. Sementara untuk anak buahnya berbentuk bulat telur dengan ujung yang runcing.
Pohon pinang hutan biasanya menumbuhkan bunga pada bulan Mei atau Juni. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik apabila ditanam di tanah yang berada di ketinggian 10-1.600 m di atas permukaan laut.
5. Pinang Irian
Pinang irian (Prychosperma macarthurii Nicholson) adalah pinang asli Pulau Irian Jaya. Kini, Pinang Irian telah menyebar luas ke seluruh penjuru Indonesia, bahkan laris manis sebagai tanaman hias di Benua Eropa. Pinang Irian tumbuh secara merumpun dengan tinggi batang dapat mencapai 4–5 m. Pinang ini mempunyai daun yang bersirip genap, rupa ujung anak daunnya bergerigi, serta pelepah daun menutupi ujung batangnya. Bunga pinang irian memiliki bentuk malai menggantung dan berpasangan. Setiap bunga betina selalu diapit oleh dua bunga jantan sekaligus. Pohon Pinang Irian mempunyai buah yang berbentuk bulat lonjong. Biasanya para petani memperbanyak tanaman ini menggunakan biji atau anakan. Pinang Irian juga mengandung banyak zat tannin yang beracun.
6. Pinang Biru
Pinang biru (Pinanga coronata B1 Mart) adalah jenis tanaman pinang yang tumbuh merumpun dengan tinggi pohon sekitar 5–6 m. Tumbuhan pinang biru mempunyai daun yang bersirip dan bersel udang dengan warna cokelat kemerahan. Berbeda dengan anak daunnya yang memiliki 10-25 sisik yang berbentuk menyerupai pita/lonjong.
Pinang ini paling banyak ditemukan di hutan basah yang terletak di ketinggian 10–600 m dpl. Tanaman pinang biru memiliki bunga yang berbentuk bulir dan terdiri atas 5-20 rangkaian memanjang. Bunga tersebut terletak merunduk dan berwarna putih kekuningan. Bunga jantan berbentuk bulat telur, sedangkan bunga betina berkelopak dengan rupa mahkota yang mirip.
Tanaman pinang biru juga mempunyai buah berwarna hijau yang berbentuk lonjong meruncing ke bagian ujung. Setelah masak, buah tadi akan berubah warna menjadi jingga kemudian ungu kemerahan.
7. Pinang Kelapa
Pinang kelapa (Actinorhytis calapparia BI Wendi) ialah pinang yang asalnya dari Pulau Sulawesi. Namun tumbuhan ini sudah menyebar luas ke seluruh pelosok negeri sebagai tanaman hias. Masyarakat suku jawa biasa menyebut tanaman ini sebagai jawar. Berbeda dengan masyarakat suku sunda yang lebih suka menyebutnya jambe sinagar.
Metode perbanyakan pinang kelapa bisa dilakukan melalui biji dan anakan. Istilah kelapa yang disematkan pada tanaman pinang ini bukan lantaran bentuknya menyerupai pohon kelapa. Tetapi tanaman ini dinamakan pinang kelapa karena bisa tumbuh lebih tinggi dan lebih besar daripada jenis-jenis pinang yang lain.
Pohon pinang kelapa mampu tumbuh hingga tingginya mencapai lebih dari 20 m. Keistimewaan lainnya dari pinang ini yaitu rupa tajuknya yang indah sekali. Sedangkan ekstrak buah pinang kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bedak bayi dan keperluan menyirih.
Bagian Tanaman / Pohon Pinang dan Manfaat Penggunannya
Tanaman atau pohon pinang tergolong tanaman serbaguna. Meski bagian utama tanaman pinang yang biasa dimanfaatkan yakni biji dan batangnya., namun hampir semua bagian dari tanaman ini bisa digunakan. Berikut penjelasannya masing-masing.
1. Buah pinang yang masak
Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya. Biji ini dimanfaatkan orang sebagai salah satu campuran ketika mengunyah sirih, selain gambir dan kapur.
Biji pinang mengandung alkaloid seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolin, yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.
Sementara itu, beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening apabila dikunyah. Zat lain yang dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya. Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak.
Selain digunakan sebagai ramuan dalam mengobati sakit disentri, biji pinang juga dapat mengobati luka kulit, mengecilkan rahim setelah melahirkan, mengobati mata rabun dan cacingan, menghasilkan zat pewarna merah, penyamak dan masih banyak manfaat lainnya.
Biji pinang mengandung alkaloida seperti arekaina (arecaine), arekolina (arecoline), guvakolin, guvasine dan isoguvasine yang dapat bersifat racun, adiktif dan merangsang otak bila dalam kandungan berlebih. Senyawa arekolin yang terdapat dalam buah pinang berkhasiat sebagai obat cacing dan penenang. Arecoline yang merupakan sebuah ester metiltetrahidrometil-nikotinat berwujud minyak basa keras. Senyawa lain yang terkandung dalam biji pinang adalah arecaidine atau arecaine, choline atau bilineurine, guvacine, guvacoline dan tannin dari kelompok ester glukosa yang menggandeng beberapa gugusan pirogalol.
Sifat astringent dan hemostatik dari zat tannin inilah yang berkhasiat untuk menguatkan gusi dan menghentikan perdarahan. Selain itu, buah pinang juga mengandung tannn, lemak, kanji dan resin. Tannin dan alkaloida merupakan dua senyawa yang dominan pada biji pinang di mana kandungan tanin berkisar 15% yang tergolong senyawa polifenol yang dapat larut dalam gliserol dan alkohol, alkaloid berkisar 0,3-0,6%, sedangkan komposisi kecilnya adalah arecaidine, guvacine, guvacoline dan arecoline. Unsur pokok yang lain pada pinang terdiri dari lemak, karbohidrat, protein dan lain-lain. Biji pinang juga dapat diolah menjadi minyak atsiri untuk menjadi bahan dasar pengganti solar.
2. Buah pinang muda
Masyarakat Biak dan Serui (Papua) memanfaatkan biji pinang muda sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu. Biji dan kulit biji bagian dalam juga dapat digunakan untuk menguatkan gigi rapuh bersama-sama dengan sirih (penyamak). Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan di Kalimantan Barat.
3. Batang pohon pinang
Sedangkan batangnya kerap diperjual belikan, terutama di kota-kota besar asaat perayaan perayaan 17 Agustus, sebagai sarana untuk lomba panjat pinang. Meski kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar. Batang pinang tua yang dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau saluran air.
4. Umbut pinang muda
Selain bagian biji dan batangnya, bagian lain seperti umbut pinang muda dapat digunakan untuk mengobati patah tulang dan sakit pinggang (salah urat) serta dapat dimakan sebagai lalapan atau acar.
5. Daun pinang
Daun pinang berguna untuk mengatasi masalah tidak nafsu makan dan sakit pinggang. Selain sebagai obat, pelepah daun digunakan untuk pembungkus makanan dan bahan campuran untuk topi.
6. Sabut pinang
Sabut pinang yang rasanya hangat dan pahit digunakan untuk mengobati masalah pencernaan, sembelit dan edema.
7. Akar pohon pinang
Bagian akarnya yang biasa digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh pada zaman dahulu, pembungkus kue dan makanan.
Akar pinang jenis pinang itam, pada masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai. Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar.
Tanaman pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.
Peringatan Penting:
Meskipun tanaman pinang memiliki manfaat tradisional yang penting, penting untuk diingat bahwa konsumsi berlebihan atau terlalu sering dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan, terutama karena kandungan zat seperti arecoline. Sebaiknya berkonsultasi dengan profesional medis jika ada kekhawatiran terkait konsumsi buah pinang atau bagian lain dari tanaman ini.
Penutup
Dengan memahami jenis varietas buah pinang dan manfaat dari setiap bagian tanaman ini, kita dapat menghargai pentingnya tanaman ini dalam budaya dan tradisi di Asia Tenggara serta memahami penggunaannya dalam berbagai konteks. Tetap menjaga keseimbangan dalam penggunaan tanaman ini adalah kunci untuk menjaga kesehatan dan menghormati warisan budaya.