Kamis, 27 Juli 2023

Berbagai Masalah Tanah dalam Pertanian dan Solusinya

 Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian global, memainkan peran vital dalam menyediakan makanan, bahan baku industri, serta sumber penghidupan bagi jutaan petani di seluruh dunia. Meskipun begitu, dunia pertanian juga dihadapkan dengan berbagai masalah yang perlu dipecahkan untuk memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan sektor ini. Artikel ini akan mengulas beberapa masalah utama dalam dunia pertanian dan tantangan yang dihadapi


masalah tanah pertanian

Masalah Tanah Pertanian

Berikut ini adalah beberapa masalah tanah pertanian yang sekarang dihadapi manusia dan perlu diselesaikan segera.

Degradasi Tanah

Salah satu masalah utama adalah degradasi tanah, di mana kesuburan dan kualitas tanah menurun akibat berbagai faktor, termasuk erosi, penggemburan berlebihan, dan deplesi nutrisi. Akibatnya, produktivitas pertanian menurun, dan lahan menjadi kurang efisien. Penting untuk menerapkan praktik konservasi tanah seperti terrace, penanaman penutup tanah, dan rotasi tanaman untuk mencegah dan memulihkan degradasi tanah.

Erosi Tanah

Erosi tanah adalah proses kehilangan lapisan tanah atas akibat erosi air dan angin. Praktik pertanian yang tidak tepat, seperti pengolahan tanah yang berlebihan dan penggunaan lahan miring, dapat meningkatkan risiko erosi. Perlindungan vegetasi melalui penanaman pohon dan tanaman penutup tanah serta pengelolaan air yang baik adalah solusi untuk mengurangi erosi tanah.

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah oleh pestisida, limbah pertanian, atau bahan kimia industri dapat merusak ekosistem dan mengancam kesehatan manusia melalui kontaminasi sumber air. Praktik pertanian berkelanjutan yang membatasi penggunaan bahan kimia berbahaya, pengelolaan limbah yang tepat, dan penggunaan teknologi ramah lingkungan harus ditingkatkan untuk mengurangi pencemaran tanah.

BACA JUGA :



Penggundulan Hutan dan Konversi Lahan

Penggundulan hutan dan konversi lahan pertanian dari lahan gambut atau lahan konservasi menjadi lahan pertanian dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, termasuk kehilangan habitat bagi satwa liar dan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Perlunya melindungi lahan gambut dan hutan serta menerapkan reboisasi untuk mengurangi dampak negatif dari penggundulan hutan dan konversi lahan.

Keterbatasan Lahan Pertanian

Semakin berkurangnya lahan pertanian yang tersedia mengakibatkan keterbatasan lahan untuk berproduksi. Penggunaan lahan secara efisien dan memprioritaskan pertanian berkelanjutan adalah langkah penting untuk menghadapi masalah keterbatasan lahan pertanian.

Lahan Kritis yang semakin luas

Lahan kritis adalah lahan yang mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis, serta dianggap berbahaya bagi fungsi hidrologis dan orologis.
Suatu lahan dapat dikatakan kritis apabila :

  1. Minim kandungan mineral yang dibutuhkan tanaman
  2. Jumlah humus yang sedikit
  3. Penutupan vegetasi yang tumbuh di lahan kurang dari 25 %
  4. Kemiringan lahan (topografi) lebih dari 15 %
  5. Muncul gejala erosi lembar dan parit di lahan


Penyebab lahan berubah menjadi kritis terbagi menjadi :

  1. Alami
    • Penyebab alami ini seperti degradasi lahan, kekeringan, banjir atau lahan tergenang air dalam jumlah banyak, pengikisan atau erosi tanah.
  2. Buatan
    • Umumnya terjadi karena aktivitas manusia. Contohnya pengolahan tanah yang tidak tepat, sering konversi lahan, pembakaran atau penggundulan hutan, penumpukan sampah yang sukar terurai dalam tanah, dan pemakaian bahan kimia.

Bagi sektor pertanian, lahan seperti ini akan mengganggu proses budidaya tanaman dan menurunkan hasil panen baik secara kuantitas maupun kualitas. Jika lahan kritis ini semakin meluas, produksi pertanian akan terganggu dan pemenuhan kebutuhan bahan pangan menjadi turut terhambat.

Merosotnya Daya Dukung Lingkungan

Kondisi lingkungan akan menjadi salah satu pendukung dalam melakukan berbagai aktivitas pertanian seperti budidaya tanaman. Oleh karena itu sebelum menanam tanaman, perhatikan terlebih dahulu keadaan lingkungan sekitar lahan, apakah kondusif atau tidaknya.  Namun perlahan daya dukung lingkungan dapat menurun. Dan biasanya ini terjadi karena akibat dari aktivitas manusia.

Sebagai contohnya adalah pembakaran lahan secara besar-besaran. Kegiatan ini dapat membunuh berbagai biota yang ada dalam tanah. Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa biota tersebut sangat berperan dalam perombakan zat-zat organik guna menjaga kesuburan tanah.

Kemudian dampak lain dari pembakaran lahan ini adalah meningkatnya kadar karbondioksida di udara. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemanasan global.
Pemanasan global akan meningkatkan derajat suhu sehingga tanaman akan tumbuh dengan kurang optimal pada suhu yang terlalu tinggi.
Setelah membaca berbagai permasalahan tanah pertanian di atas, selanjutnya kita akan mengulas beberapa tindakan yang dapat menjadi solusinya.

Upaya Mengatasi Masalah Tanah Pertanian


Berbagai solusi dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tanah pertanian

Pola Usaha Tani Konservasi

Kata konservasi memiliki makna tindakan memperbaiki suatu lahan yang telah mengalami kemunduran atau kerusakan dengan cara atau proses tertentu. Konservasi yang dilakukan pada lahan pertanian bertujuan untuk menunjang ketersediaan air, mencegah terjadinya erosi, dan melindungi tanah dari kerusakan.

Penerapan usaha tani konservasi dianjurkan dilakukan pada lahan kering yang derajat kemiringannya cukup tinggi, sehingga akan terbentuk lahan produktif yang berkelanjutan.
Lahan kering memiliki potensi menjadi penyumbang bahan pangan terluas di dunia. Sekitar 40 % lahan pertanian yang ada di dunia adalah lahan kering.
Selain itu petani juga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman yang bisa dibudidayakan pada lahan yang kering.
Dengan diterapkannya usaha tani konservasi juga akan meningkatkan daya dukung lingkungan sehingga dapat menunjang kehidupan generasi yang akan datang. Dalam pelaksanaanya, usaha tani konservasi ini memerlukan kesadaran dari petani untuk mengubah orientasi mereka dan perilaku pemanfaatan lahannya.

Pola Pertanian Organik

Pertanian berbasis organik adalah penerapan aktivitas pertanian (khususnya budidaya tanaman) menggunakan bahan-bahan yang sepenuhnya alami.
Pola pertanian ini memfokuskan untuk budidaya tanaman dengan mengurangi atau bahkan menghindari penggunaan bahan kimia seperti pestisida, zat pengatur tumbuh, dan sebagainya.
Salah satu kegiatan yang termasuk dalam pertanian organik adalah 

  1. Sistem tanam gilir, yaitu membudidayakan tanaman yang berbeda setiap periodenya.
  2. Menunjang penyediaan unsur hara, dapat dilakukan penanaman tanaman penambat unsur hara seperti kacang-kacangan.
  3. Kemudian dalam pemberian pupuk, dapat memanfaatkan bahan-bahan organik seperti residu panen, sisa-sisa tanaman, kotoran hewan (pupuk kandang), dan lain-lain.
  4. Untuk mengendalikan hama saat budidaya tanaman, bisa menerapkan pemikat non sintetik, pengaturan waktu tanam, dan perangkap penolak.

Dengan demikian, maka hasil pertanian dari sistem organik pun dapat terjamin keamanannya untuk dikonsumsi jangka panjang.

Pengendalian Hama Terpadu

Upaya yang satu ini merupakan metode mengendalikan hama dengan pendekatan menggunakan beragam teknik guna menekan populasi hama.
Terdapat beberapa prinsip yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengendalian hama terpadu, antara lain :

  • Budidaya tanaman sehat
    • Maksudnya tanaman yang sehat akan lebih kuat bertahan menghadapi serangan hama dan sulit untuk dijangkiti penyakit. Selain itu juga tanaman ini lebih cepat melakukan pemulihan pasca kerusakan.
  • Pemantauan
    • Ini ditujukan untuk mengamati keadaan tanaman dan jumlah hama yang menjadi musuh alaminya. Pemantauan harus dilakukan secara rutin karena informasi yang diperoleh akan dikumpulkan untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.
  • Pemanfaatan musuh alami
    • Musuh alami seperti predator yang terdapat dalam agroekosistem dapat menekan populasi hama yang mengganggu tanaman. Berkat adanya keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya, maka populasi hama tidak akan melebihi batas toleransi.
  • Petani sebagai ahli Pengendali Hama Terpadu (PHT
    • Keadaan ekosistem di setiap wilayah dapat berbeda masing-masingnya. Petani sendiri diharapkan dapat mengembangkan teknik PHT yang tepat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menyelenggarakan pelatihan PHT bagi petani dan masyarakat.

Admin