Bawang Putih : Asal usul, Klasifikasi, Ciri-ciri, dan Cara Budidaya Secara Singkat
Bawang putih (Allium sativum) adalah salah satu bahan masakan yang telah lama digunakan di berbagai belahan dunia untuk memberikan cita rasa khas pada hidangan. Selain kegunaannya dalam masakan, bawang putih juga telah digunakan dalam pengobatan tradisional sejak ribuan tahun yang lalu. Di Indonesia, rata-rata konsumsi bawang putih mengalami peningkatan sebesar 4,2% tiap tahun dalam periode 2002-2017. Permintaan ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk Indonesia, oleh karena itu komoditas ini akan menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi dalam pembangunan pertanian. Artikel ini akan membahas asal usul, klasifikasi, ciri-ciri, dan cara budidaya bawang putih.
Asal usul bawang putih
Bawang putih (Allium sativum; bahasa Inggris: garlic) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Mempunyai sejarah penggunaan oleh manusia selama lebih dari 7.000 tahun, terutama tumbuh di Asia Tengah,dan sudah lama menjadi bahan makanan di daerah sekitar Laut Tengah, serta bumbu umum di Asia, Afrika, dan Eropa. Dikenal di catatan Mesir kuno, digunakan baik sebagai campuran masakan maupun pengobatan.
Bawang putih adalah salah satu tanaman hortikultura tertua yang diketahui. Di era kuno, budaya Mesir dan India menyebut bawang putih 5000 tahun yang lalu dan ada bukti sejarah yang jelas penggunaannya oleh orang Babilonia 4500 tahun yang lalu dan oleh orang Cina 2000 tahun yang lalu. Beberapa tulisan menunjukkan bahwa bawang putih ditanam di Cina sejak 4000 tahun yang lalu.
Bawang putih hanya tumbuh liar di Asia Tengah (berpusat di Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan) saat ini. Sebelumnya dalam sejarah bawang putih tumbuh liar di wilayah yang jauh lebih besar dan, pada kenyataannya, bawang putih liar mungkin terjadi di daerah dari Cina ke India ke Mesir ke Ukraina.
Sepanjang sejarah, manusia yang bermigrasi dan melakukan perjalanan melalui Asia Tengah dan sekitarnya telah mengumpulkan bawang putih liar (dan masih melakukannya) dan membawanya untuk dikonsumsi dan dibudidayakan nanti.
Klasifikasi bawang putih dan penamaan lainnya
Klasifikasi ilmiah dari tanaman umbi bawang putih (Allium sativum L.)
yaitu: (Rahmi, 2014)
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas : Monocotyledonae
- Subdivisio : Angiospermae
- Ordo : Liliales
- Famili : Liliaceae
- Genus : Allium
- Spesies : Allium sativum
Nama lain bawang putih
- Bahasa Inggris : garlic
- Bahasa Karo : lasuna
- Bahasa Batak : lasuna
- Bahasa Lampung : bawang handak
- bahasa Dayak : bawang kasihong
- Bahasa Minang : dason putih
- Bahasa Sunda : bawang bodas
- Bahasa Madura : bhabang poote (Madura)
- Bahasa Bali : kasuna (Bali)
- Bahasa Minahasa : lasuna mawura
- Bahasa Ternate : bawa badudo
- Bahasa Papua : bawa flufer
- Bahasa Timor : kalfeo foleu
- Bahasa Nusa tenggara : Incuna
Ciri-ciri / morfologi bawang putih
Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari . Struktur morfologi dari tanaman bawang putih terdiri atas : akar, batang utama, batang semu, tangkai bunga yang pendek atau sekali keluar, dan daun.
Keterangan :
- Scape : batang bunga
- Roots : akar
- Bulb : Umbi
- Stem : Batang
- Umbel : payung bunga
- Leaf : daun
- Beak : paruh bunga
- Bulbils : bunga
- Spathe : Pembungkus bunga
- Clove : Siung
Daun
Helaian daunnya tipis dan tangkai buahnya padat (solid), berbeda dari daun dan tangkai bunga bawang merah yang berongga menyerupai tabung. Daun bawang putih merupakan daun tunggal, berbentuk pita, tepi rata, ujung runcing, beralur, dan panjangnya dapat mencapai 60 cm dengan lebar hingga 1,5 cm. Pangkal daun menebal, berdaging, dan mengandung cadangan makanan yang disebut umbi.
Batang semu
Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri dari pelepah–pelepah daun. Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah.
Akar
Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan
Umbi
Umbi pada bawang putih berupa umbi majemuk berbentuk hampir bulat dengan diameter 4-6 cm yang terdiri atas 8-20 siung. Siung-siung tersebut, bentuknya membulat pada bagian punggungnya dan bagian sampingnya serta dan agak bersudut. Keseluruhan siung dibungkus oleh 3-5 lapis selaput tipis berwarna putih.
Sementara itu, setiap individu siung dibungkus lagi oleh dua lapis selaput tipis, dimana selaput sebelah luar berwarna putih dan agak longgar, sedangkan selaput sebelah dalam berwarna pink keputihan dan melekat pada siung namun mudah dikelupaskan.
Pada setiap siung terdapat satu tunas vegetatif yang terdiri atas satu kecambah dan satu atau dua bakal daun. Kecambah dan bakal daun ini berada dalam keadaan istirahat sampai dengan keadaan menguntungkan untuk berkecambah dan inisiasi pertumbuhan.
Bunga
![]() |
Bunga bawang putih saat mekar |
Bunganya adalah bunga majemuk, bertangkai panjang dan berbentuk payung yang muncul pada setiap siung. Mahkota bunga berjumlah enam helai, bebas namun menyatu dipangkal, bentuknya memanjang dan meruncing, berwarna putih atau putih kehijauan serta steril.
![]() |
Bunga bawang putih sebelum mekar, batang bunga meliuk-liuk |
Budidaya bawang putih
Untuk membudidayakan bawang putih sebenarnya tidak terlalu sulit cara pengolahannya hampir sama seperti bawang merah. Tanaman bawang putih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Namun, idealnya tanah yang cocok yaitu tipe tanah yang bertekstur lempung berpasir dengan struktur tanah gembur dengan kisaran pH 5,5 – 7,0.
Keberhasilan dalam usaha tani bawang putih sangat ditunjang oleh faktor bibit, agar menghasilkan kualitas terbaik tergantung dari mutu bibit yang digunakan. Umbi yang digunakan sebagai bibit harus bermutu tinggi maksudnya adalah yaitu tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat, serta bebas dari hama dan patogen. Mutu bibit atau benih bawang putih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Bibit harus bebas dari hama dan penyakit
- Pangkal batang berisi penuh dan keras
- Siung besar
- Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram
- Benih bawang putih berasal dari pembiakan generatif dengan umbinya.
Untuk melindungi bibit atau benih dari hama, sebaiknya bibit diberi perlakuan benih misalnya dengan menggunakan pestisida berbahan aktif tiameloksam.
BACA JUGA : 13 Jenis Varietas Bawang Merah Lokal dan Ukuran Umbi
Tahap pengolahan lahan
- Apabila pH tanah kurang dari 6 dosis kapurnya sekitar 1 sampai 2 ton/ha.
- Bila bekas panen pada sawah masih ada, maka perlu untuk dibersihkan.
- Lalu, dilakukan pembuatan bedengan biasanya memiliki ukuran lebar 60 – 150 cm dan tinggi 20 – 50 cm .
- Sedangkan, untuk panjang disesuaikan dengan situasi kondisi lahan.
- Jarak antar bedengan berkisar antara 10 sampai 20 cm, nantinya ini akan berguna untuk saluran air.
- Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul sampai benar – benar gembur. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit untuk berkembang.
- Setelah tanah gembur, penentuan jarak tanam
- Penentuan jarak tanam tergantung ukuran siung benih yang digunakan.
- Siung besar membutuhkan jarak tanam yang renggang sekitar 15 × 10 cm.
- Untuk pembibitan sebaiknya digunakan jarak tanam 10 × 10 cm.
- Posisi siung saat ditanam harus tegak dengan kedalaman 5 sampai 7 cm dari permukaan tanah.
Pemasangan mulsa plastik di bedengan
Budidaya bawang putih menggunakan mulsa plastik memiliki keunggulan karena mulsa plastik ini berguna untuk menghambat tumbuhnya gulma, melindungi tanah dari erosi, menjaga struktur tanah agar tetap baik serta menjaga kelembaban tanah. Mulsa plastik ini termasuk jenis mulsa anorganik karena terbuat dari bahan polietilena berdensitas rendah yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen di bawah tekanan tinggi.
BACA JUGA : Daun Bawang Merah Menguning, Terkena Sakit Apa ? Solusinya Apa ?
Pemasangan mulsa plastik tidak dianjurkan pada musim kemarau karena mulsa tersebut terlalu menyerap cahaya matahari dan sedikit memantulkan cahaya sehingga meningkatkan temperatur tanah (zona perakaran) akibatnya pertumbuhan dan perkembangn tanaman bawang putih menjadi terhambat.
Pemeliharaan tanaman
Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan yang terdiri atas penyiangan gulma, pemupukan dan pengairan.
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari gulma yang tumbuh.
Pemupukan
Lahan yang seluas satu hektare membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10 sampai 20 ton. Pemberiannya cukup dengan mencampurkan merata pada bedengan – bedengan. Pemberian pupuk kandang sebaiknya dilakukan saat pengolahan tanah atau sebelum tanam. Tambahan juga untuk pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan ZK 200 kg per hektare. Pemberian pupuk ini dikerjakan secara bertahap, yaitu saat tanaman berumur 15, 30, dan 40 hari.
Pengairan
Pada fase awal pertumbuhan tanaman bawang putih memerlukan ketersediaan air yang cukup, penyiraman atau pengairan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sekali, sedangkan di dataran tinggi pengairan diberikan sampai dengn 3 kali setiap minggu.
Sedangkan pada masa pembentukan tunas sampai pembentukan umbi pengairan dilakukan 7-15 hari sekali, dan pengairan baru diberhentikan pada saat pembentukan umbi maksimal atau 10 hari sebelum panen.
BACA JUGA : Tanaman Bawang Merah : Klasifikasi, Ciri-ciri, dan Cara Budidaya>
Panen bawang putih
Bawang putih yang ditanam sekitar bulan Mei sampai Juli, bisa dipanen pada bulan Agustus sampai Oktober. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90 sampai 120 hari dari saat tanam.
Adapun ciri – ciri tanaman bawang putih siap dipanen saat terlihat pada daunnya menguning atau kering serta tangkai batang mengeras. Jika ciri – ciri ini terlihat sudah 50% dari total tanaman, pemanenan bisa dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman.