Jumat, 09 September 2022

Serba Serbi Tentang Cabai : Sejarah Masuk Ke Indonesia, Cara Menanam, dan Jenis

Sering ditulis cabe, tapi sesungguhnya cabai secara resmi sesuai ejaan yang benar dari salah satu bumbu dalam makanan. Karena pentingnya bahan ini di makanan sehari hari Indonesia, sehingga dimasukkan ke dalama kelompok sembilan bahan pokok. Kenaikan harga bahan pokok ini bisa membuat konsumen ribut, tapi penurunan harganya yang kadang bisa terlalu rendah, bisa membuat petani bangkrut. 

cabai merah


Cabai dianggap buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buah cabai dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana pemanfaatannya.  Cabai sendiri merupakan buah pedas dari tanaman genus Capsicum yang memiliki banyak jenis. Beberapa di antaranya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens), cabai merah dan cabai keriting (Capsicum annum L) serta cabai hijau (Capsicum annum var. annuum)

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam pada dataran rendah ataupun dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung  senyawa capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur).

Sejarah Cabai Di Indonesia

Meski telah melekat sebagai bahan pokok kuliner Indonesia, ternyata cabai bukanlah tanaman asli Indonesia. Cabai mulanya berasal dari Benua Amerika dan dibawa masuk bersama sekitar 2000-an jenis tumbuhan lainnya pada abad ke-16 oleh para pelaut Portugis dan Spanyol ke Asia Tenggara.

Di Benua Amerika dan lalu diserap ke dalam kosakata Inggris, cabai sendiri disebut dengan nama chili.

Sebelum cabai yang kita kenal saat ini, masyarakat Nusantara telah mengenal tanaman bernama cabai yang memiliki nama latin Piper retrofractum vahl. Pada masa kuno saat itu,  banyak tumbuh di wilayah Jawa dan masyarakat setempat menyebutnya sebagai cabai jawa atau lombok.  Cabai jawa ini merupakan jenis tanaman dari genus lada dan sirih-sirihan yang punya sifat sebagai rempah pemedas untuk mengolah makanan.

cabai jawa
Cabai Jawa, populer sebelum cabai yang kita kenal saat ini masuk



Setelah tanaman Capsicum dibudidayakan secara masif di masa kolonial Hindia Belanda,  popularitas cabai jawa malah menurun. Selain cabai capsicum, ada pesaing lain yakni lada yang memiliki nama latin Piper nigrum. Jenis bahan pemedas ini adalah salah satu komoditas rempah yang umum diperjual-belikan di pada masa niaga rempah-rempah sebelum era kolonial.


Di tengah menurunnya popularitas cabai jawa, lada masih bertahan sebagai pecitarasa pedas masakan. Namun, masyarakat  lokal di Indonesia sendiri umumnya lebih memilih menyukai Capsicum ketimbang lada dengan alasan lebih nyaman di mulut dan lambung. Atas dasar perubahan selera inilah Capsicum lantas naik statusnya menjadi bahan pemedas primadona baru dan disebut sebagai cabai.


Manfaat Cabai

Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.[1] Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980).

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu, terdapat kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, tetapi harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.


Cara penanaman cabai

Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5—6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret—April).

Tanaman cabai membutuhkan cahaya matahari yang cukup sepanjang hari dengan intensitas penyinaran lebih dari 70%. Jika kurang sinar matarhari, tanaman akan tumbuh meninggi, daun dan batang lemas, umur panen lebih lama serta produksi rendah

Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun kemungkinan memiliki risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit.

Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar dua sampai tiga kg buah cabai (300—500 gr biji).

Di dataran rendah, tanaman cabai keriting dapat dipanen pertama kali pada umur 70 – 75 hari setelah tanam, sedangkan waktu panen pertama didataran tinggi biasanya lebih lambat yaitu mulai umur 4 – 5 bulan setelah tanam.

Sedangkan cabai rawit bisa dipanen sejak umur 5 bulan. Setelah itu bisa dipanen hingga 14 kali.

Hasil produk cabai merah besar  rata-rata perhektare untuk  sekitar 8-10 ton, sedangkan cabai rawit 6-7 ton.

Permasalahan bercocok tanam cabai

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah dengan adanya serangan lalat buah pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal panen. Laporan Departemen Pertanian Republik Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia akibat hama dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya utamanya adalah lalat buah Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tidak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai.

Selain lalat buah, kutu daun Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budi daya cabai, karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektisida nabati ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga.


Upaya penanggulangan hama cabai

Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis dan efektif untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi Tephrosia vogelii, jeruk purut Citrus x hystrix, serai wangi Cymbopogon citratus efektif sebagai penolak lalat buah.[5]

Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi, penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Di samping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara, tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3—5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).

Berbagai Macam Cabai dari Seluruh Dunia

Berikut jenis-jenis cabai dari seluruh dunia, dirangkum alatpertanian.asia dari berbagai sumber

Cabai rawit / Cabe Caplak


 

Cabai rawit merupakan salah satu jenis-jenis cabai yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Ciri khas cabai ini adalah buahnya tumbuh menjulang menghadap ke atas. Warna buahnya hijau kecil sewaktu muda dan jika telah masak berwarna merah tua. Ada dua jenis cabai rawit yang biasa ditemukan, cabai rawit merah dan cabai rawit hijau.

Cabai rawit merah memiliki rasa pedas yang cukup tajam. Bahkan, cabai rawit merah sering disebut-sebut sebagai jenis cabai dengan tingkat kepedasan yang tinggi. Sementara jenis cabai rawit hijau sebenarnya bukanlah cabai rawit yang belum matang. Namun, merupakan jenis cabai tersendiri. Jenis cabai ini berbentuk kecil dan berwarna hijau agak tua. Dibandingkan dengan cabai rawit merah, rasanya tidak terlalu pedas.

Cabai lombok / cabai besar


 

Cabai besar termasuk jenis-jenis cabe yang paling sering digunakan pada masakan sehari-hari di Indonesia. Jenis cabai besar juga terbagi menjadi dua, cabai merah dan hijau.

Cabai merah besar memiliki ciri warna merah menyala dengan bentuk yang agak gemuk, panjang, dan dengan ujung yang lancip. Cabai merah besar memiliki rasa yang tidak terlalu pedas, sehingga cocok untuk bahan tumisan. Cabai hijau merupakan fase muda dari cabai merah. Biasanya, cabai hijau digunakan untuk menyedapkan masakan, terutama tumisan.

Cabai keriting

Jenis jenis cabai

 

Sesuai namanya, jenis-jenis cabai ini memiliki bentuk panjang dan keriting. Ukurannya panjang dan lancip dengan diameter yang lebih kecil dibanding cabai merah besar. Sama dengan cabai besar, jenis-jenis cabai ini juga dibagi menjadi cabai keriting merah dan hijau.

Cabai merah keriting banyak diolah dan digunakan sebagai pelengkap tumisan dengan cara diiris serong. Sama seperti cabai hijau besar, cabai hijau keriting merupakan cabai merah keriting yang belum matang.

Cabai gendol / habanero

 

cabai habanero

Cabai gendol atau Habanero adalah salah satu dari jenis-jenis cabai yang sangat pedas. Dinamakan cabai gendol karena bentuk cabai ini yang bengkak atau mengembung. Cabai ini berasal dari semenanjung Yucatan. Cabai gendol memiliki tingkat kepedasan mencapai 100.000-350.000 skala Scoville.

Cabai Jalapeno


 Asal cabai ini berasal dari Meksiko dengan warna hijau sampai merah. Bentuk cabai ini mirip dengan peluru dan memiliki rasa yang sangat pedas dan menggigit. Cabai ini memiliki tingkat kepedasan 2.500-8.000 Skala Scoville.

Cabai setan / Ghost Pepper

 Cabai setan disebut sebagai cabai terpedas di seluruh dunia. Cabai ini berasal dari timur laut India (Assam, Nagaland, dan Manipur) dan Bangladesh. Tingkat kepedasan cabe ini bisa mencapai 1.001.304 Skala Scoville.

Cabai pelangi

Cabai pelangi atau cabai numex twilight merupakan varietas cabai yang dikembangkan oleh New Mexico State university. 


 Cabai ini memiliki warna bak pelangi. Awalnya cabai ini akan berwarna ungu, kemudian berubah menjadi kuning dan oranye, dan ketika masak berubah menjadi merah. Di Indonesia, cabai ini sering dijadikan tanaman hias.

Cabai rocoto


 Cabai rocoto banyak ditemukan di Peru, Bolivia, Chile, Argentina Utara dan Ecuador. Bentuk cabai ini hampir bulat dan memiliki daging tebal seperti paprika. Kebanyakan rocoto berwarna merah, namun di Karibia dan Meksiko ada pula yang berwarna kuning dan oranye. Cabai ini akan sangat pedas ketika bijinya berwarna hitam.

Paprika

Jenis cabai paprika

 Meski buahnya seperti buah apel, dan tidak terlalu pedas, namun buah paprika juga termasuk dalam jenis cabai. Paprika biasanya memiliki 4 varietas, yaitu paprika merah, kuning, hijau, dan oranye. Biasanya paprika hijau terasa lebih pahit dan varietas merah memiliki rasa lebih pedas.

Cabai ceri / Pimento

cabai ceri

 Cabai ceri atau Pimento memiliki bentuk yang besar, berwarna merah dan berbentuk hati. Buah cabai ceri ini memiliki panjang sekitar 7-10 cm dan lebar 5-7 cm. Cabai ini memiliki daging buah yang manis, berair, dan lebih beraroma apabila dibandingkan dengan paprika merah. Namun beberapa varietas pimento memiliki rasa yang cukup pedas.

Cabai cayenne / Guinea Pepper

cabai cayenne

 

Cabai cayenne juga dikenal sebagai cabai Guinea, cabai tanduk sapi, cabai pedas merah, aleva, atau cabai burung. Cabai ini berasal dari Cayenne, Guiana Prancis. Buah cabai cayenne ini umumnya dikeringkan atau dipanggang dan dikemas dalam bentuk bubuk.

Cabai Serrano

cabai serrano

 

Cabai Serrano  ini berasal dari pegunungan Meksiko, dan biasanya dikonsumsi dalam keadaan mentah. Cabai ini memiliki tingkat kepedasan mencapai 10.000- 23.000 Scoville. Cabai ini memiliki rasa yag lebih pedas dibandingka dengan cabai Jalapeno dan memiliki bentuk mirip cabai rawit.

Cabai rawit domba / Datil pepper

cabai rawit domba

 Cabe rawit domba atau Datil Pepper termasuk jenis-jenis cabe terpedas di dunia. Cabe rawit domba berasal dari kawasan St. Agustine di Florida. Cabe ini memiliki tingkat kepedasan mulai dari 100.000 - 300.000 Skala Scoville. Biasanya tingkat kepedasan tertinggi terdapat pada jenis cabe yang berwarna jingga. Cabe Rawit Domba kerap menjadi bahan utama dalam pembuatan sup tomyum.

Chilli Tepin

cabai chili teppin
 

Chilli Tepin merupakan cabai liar yang banyak tumbuh di Amerika Tengah, Meksiko, dan Barat daya AS. Cabai ini sering disebut sebagai "ibu dari segala jenis cabai" karena dianggap sebagai spesies Capsicum Annuum yang tertua. Nama Tepin berasal dari bahasa Nahuatl yang artinya "kutu".

Cabai Carolina Reaper

Cabai Carolina Reaper merupakan hasil perkawinan silang antara cabai Naga Pakistani dengan jenis cabai Habanero dari Pulau St Vincents di Hindia Barat. Pengembangan varietas tersebut dilakukan di Carolina Selatan, seperti dilansir Chili Pepper Madness.

cabai carolina



Cabai Naga Pakistani merupakan keluarga dari cabai Naga Morich yang dibudidayakan di Bangladesh dan India Timur Laut. Beberapa cabai dari keluarga ini adalah Bhut Joloka, alias "Ghost Pepper", yang menjadi salah satu cabai super pedas asli.

Bhut Jolokia mencapai lebih dari 1 Juta SHU, menjadikannya cabai yang sangat pedas. Sementara cabai Habanero merupakan cabai pedas dengan rasa jeruk. Meski tidak sepedas cabai Naga, namun tingkat pedasnya 12 hingga 140 kali lipat cabai jalapeno. Hasil kawin silang keduanya menghasilkan Caroline Reaper.

Ukuran varietas ini cukup kecil, sekitar dua setengah hingga lima setengah sentimeter atau sekitar dua buku jari orang dewasa. Permukaan kulitnya cenderung bergelombang, meski beberapa Carolina Reaper memiliki permukaan kulit yang halus.

Warna Carolina Reaper terlihat merah menyala. Salah satu ciri khas dari Carolina Reaper adalah ekor seperti kalajengking yang khas.



Admin