Budidaya Tanaman Jahe
Jahe (Zingiber officinale) adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang memiliki banyak manfaat kesehatan dan digunakan dalam berbagai masakan. Budidaya tanaman jahe dapat menjadi pilihan yang baik bagi para petani atau hobiis taman yang ingin menghasilkan tanaman yang berguna dan memiliki nilai ekonomi. Tanaman jahe dikenal dengan akar rimpangnya yang kaya akan senyawa bioaktif seperti gingerol, yang memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan.
Mengenal Tanaman Jahe
1. Varietas Jahe
Sebelum memulai budidaya jahe, penting untuk memilih varietas yang tepat. Beberapa varietas jahe yang populer antara lain adalah Jahe Merah, Jahe Emprit, dan Jahe Gajah. Varietas-varietas ini memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk warna dan rasa akar jahe yang beragam.
2. Syarat Tumbuh
Tanaman jahe mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah tropis,
sehingga dapat tumbuh di daratan rendah sampai pegunungan. Namun, untuk
tumbuh dan berproduksi secara optimal, tanaman jahe membutuhkan kondisi
lingkungan tumbuh yang sesuai. Berikut persyaratannya :
- Jahe emprit dan jahe merah tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut
- Jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
- Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% .
3. Media Tanam
Jahe dapat tumbuh di tanah berpasir hingga tanah liat dengan pH antara 5,5 hingga 6,5. Pastikan tanah yang digunakan memiliki drainase yang baik untuk menghindari genangan air yang dapat merusak akar jahe.
Proses budidaya jahe
Penyiapan Benih
Benih yang digunakan merupakan benih bermutu atau bersertifikat. Jahe dapat dikembangbiakan dari rimpang yang memiliki tunas atau dengan anakan. Rimpang yang akan digunakan sebagai benih memiliki ciri-ciri:
- Sehat
- Berumur lebih dari 9 BST (bulan sejak tanam)
- Memiliki 2-3 mata tunas
- Kulit rimpang tidak kisut
- Tidak terkelupas
- Mengkilat dan
- Bernas.
Pemilihan sumber benih dimulai dari pertanaman sampai di gudang. Cara pembuatan benih jahe sebagai berikut :
- Rimpang untuk benih dipotong-potong dengan ukuran untuk jahe putih besar 30-60 g, jahe putih kecil/jahe merah 20-40 g.
- Potongan rimpang dicelupkan ke dalam larutan desinfektan lalu dikeringanginkan atau ditaburi abu dapur atau sekam padi di bagian atas media semai.
- Bagian rimpang yang terbaik dijadikan benih adalah ruas kedua dan ketiga.
- Sebelum ditanam rimpang ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikan, yaitu dengan cara menghamparkan rimpang diatas jerami atau alang-alang tipis, ditempat teduh, atau di dalam gudang dan tidak ditumpuk.
- Selama penyemaian dilakukan penyiraman sesuai kebutuhan dengan cara disemprot (jangan disiram).
- Benih yang telah bertunas dengan tinggi tunas 1-2 cm siap ditanam di lapang.
Kebutuhan benih : 1 – 1,5 ton/ha (jahe merah/emprit), 2 – 2,5 ton/ha (jahe gajah)
Populasi : 40.000 tanaman/ha
Potensi hasil : 16 ton/ha (jahe putih kecil/ jahe merah), 37 ton/ha (jahe putih besar)
Pengolahan Lahan
Untuk hasil yang maksimal, sebaiknya proses penyiapan lahan dilakukan sebulan sebelum proses penanaman. Selain itu cek kadar asam-basa tanah, baik dengan peralatan elektronik pH meter, soil kit atau kertas lakmus.
Untuk tanah terlalu asam
- Pertama, lahan digemburkan dengan cara digarpu dan dicangkul, setelah itu taburi lahan dengan Kapur Pertanian atau Kapur Dolomit untuk menetralisir kadar keasaman tanah dan menghilangkan zat-zat yang menyebabkan rimpang terserang jamur atau virus.
- Setelah ditaburi dengan Kapur Dolomit
- Biarkan lahan selama kurang lebih dua minggu atau sampai terkena hujan.
Setelah dilakukan pengapuran, lakukanlah pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang yang sudah melewati proses fermentasi. Mengapa pupuk kandang harus difermentasi terlebih dahulu? Karena pupuk kandang yang mentah atau belum melewati proses fermentasi beresiko menyebabkan rimpang terkena jamur atau virus. Aduk tanah dengan pupuk kandang secara merata, atau bisa juga pupuk kandang diaplikasikan pada lubang tanam saja. Biarkan tanah yang sudah dilakukan pemupukan dasar tadi selama 2 minggu.
Pengolahan lahan dilakukan dengan membajak atau mencangkul tanah sampai kedalaman 25-30 cm, selanjutnya membuat bedengan searah lereng dengan jarak tanam sekitar 60 x 40 cm. Tinggi bedengan 40 cm, lebar dan panjang disesuaikan dengan lereng, parit atau jarak antar bedengan 40 cm.
Waktu tanam
Untuk lahan yang sistem penyiramannya sudah cukup baik atau berada di dekat sumber air, mungkin tidak akan menemui masalah dalam memilih waktu tanam, namun untuk lahan yang belum memiliki sistem penyiraman yang baik atau jaur dari sumber air dan mengandalkan hujan untuk proses penyiraman, tentu harus memilih waktu tanam yang tepat.
Seperti ladang jahe s yang berada di huma dan jauh dari sumber air, waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim penghujan atau sekitar bulan September atau Oktober. Ini dilakukan agar tanaman jahe mendapatkan pasokan air yang cukup pada tiga bulan pertama masa tanam.
Pemupukan
1. Pemupukan awal
Pemupukan awal pada saat pengolahan lahan diberikan pupuk organik/pupuk kandang 0,5-1 kg/lubang. Diberikan 2-4 minggu sebelum penanaman.
2. Pemupukan kedua
Pada umur 4 BST dapat pula diberikan pupuk kandang kedua sebanyak 20 ton/ha.3.
3. Pemupukan ketiga (jika diperlukan)
Apabila diperlukan, pupuk anorganik diberikan dengan dosis 300-400 kg urea per ha yang diberikan dalam tiga agihan masing masing 1/3 dosis pada umur 1, 2 dan 3 BST, sedangkan SP-36 300 kg/ha dan KCL 400 kg/ha diberikan pada waktu tanam.
Penanaman
- Penamanan dilakukan pada awal musim penghujan, dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam sekitar 5-7 cm.
- Benih diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang tanam dengan posisi rebah dan tunas menghadap ke atas, tanah di sekitar benih agak dipadatkan agar benih kokoh, lalu benih ditutup dengan tanah.
Pemeliharaan
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai umur 1,5 BST dengan memakai benih cadangan yang telah diseleksi dan disemaikan.
2. Penyiraman
Jahe termasuk tanaman yang tidak menyukai tempat yang tergenang. Masa kritis kebutuhan air bagi tanaman jahe sampai pada tahap pertumbuhan vegetatif optimum (6 bulan setelah tanam)
3. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan dengan cara membuang gulma dengan hati-hati sampai umur 6 BST. Perbaikan saluran drainase pemisah petak dilakukan dengan menaikkan permukaan tanah pada petak tanaman pada saat musim hujan. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan mulai umur 3 bulan.
Hama Tanaman Jahe
Serangan hama dan penyakit menjadi kendala dalam budidaya tanaman jahe. Berbagai jenis hama menyerang dan menimbulkan kerusakan pada akar, rimpang, pangkal batang, batang, dan daun. Menurut Balittro (2011), beberapa hama yang menyerang jahe antara lain :
1. Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons dan Eumerus figurans)
2. Kutu perisai (Aspidiella hartii).
Kerusakan akibat kutu ini secara individual adalah kecil, akan tetapi pada populasi tinggi, tanaman terlihat menguning, defoliasi, berkurangnya rimpang, dan menurunnya vigor tanaman.
3. Lalat penggerek batang.
Hasil pengamatan pada tanaman jahe yang terserang mengidinkasikan bahwa serangan terjadi mulai dari pucuk atau tunas daun yang masih menggulung. Selanjutnya larva makan jaringan batang jahe dari atas ke arah bawah hingga pangkal batang. Gejala nyang ditimbulkan adalah batang jahe hingga tunas menjadi kering dan mati.
Penyakit tanaman jahe
Penyakit yang menyerang tanaman jahe adalah sebagai berikut :
1. Penyakit layu bakter
Penyebab penyakit layu pada tanaman jahe adalah bakteri R. solanacearum. Pada umumnya gejala penyakit mulai muncul pada tanaman berumur 3 atau 4 bulan yang diawali dengan terjadinya daun-daun yang menguning dan menggulung hingga seluruh bagian daun dan tanaman menjadi mati.
2. Bercak daun
3.Busuk rimpang
Penyebabnya adalah beberapa jenis cendawan antara lain :kelompok Rhizoctonia sp., Fusarium sp., Fusarium oxysporum.
Gejala yang terlihat pada bagian tanaman terdapat berupa daun menguning dan tersebar secara acak dalam populasi. Cara yang biasa dilakukan untuk mengenal gejala ini adalah mencabut batang yang menunjukkan gejala.
BACA JUGA : Kandungan Nutrisi Jahe, dan Contoh Hasil Pengolahan
Panen jahe
- Untuk jahe muda panen dapat dilakukan pada umur 4-6 BST, sedangkan untuk benih dapat dipanen setelah daun menguning dan mati
- Umur lebih dari 9 BST untuk jahe putih besar dan jahe emprit
- Umur lebih dari 10 BST untuk jahe merah.
- Panen dilakukan dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu dan rimpang diangkat secara keseluruhan, setelah itu tanah dan akar yang menempel dibersihkan.
Pascapanen
Jahe dapat digunakan dalam berbagai cara. Rimpang jahe segar dapat digunakan untuk memasak, membuat minuman jahe, atau dijadikan bahan dasar rempah-rempah dalam masakan. Jahe juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti jahe kering, jahe bubuk, minyak jahe, dan lain sebagainya.
Untuk kebutuhan konsumsi
- Rimpang yang sudah dipanen dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan dikering anginkan
- Lalu masukkan kedalam karung dan disimpan.
Untuk pembuatan simplisia
- Rimpang dicuci bersih, ditiriskan kemudian diiris membujur dengan ketebalan 2-5 mm
- Dijemur dibawah sinar matahari yang telah dialasi dengan tikar bambu yang bersih dan ditutup kain hitam sampai kadar air 9-10% atau dikeringkan dengan oven dengan suhu tidak lebih dari 45 derajat Celcius.
- Simplisia yang telah kering dikemas dalam wadah kedap udara. Wadah atau kemasan yang digunakan sebaiknya bersifat inert, artinya tidak mudah beraksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi simplisia dari penguapan aktif, pengaruh cahaya, oksigen, uap air, cemaran mikroba, kotoran, dan serangga.
- Kemasan diberi label yang berisi informasi nama bahan, tanggal produksi, tempat produksi dan berat bersih.
- Simplisia yang sudah dikemas disimpan di ruang penyimpanan yang bersih, sejuk (suhu ruang 10-15 derajat C) dan kering.
Untuk keperluan benih
- Rimpang yang telah dibersihkan dimasukan dalam karung jala, atau disusun di atas rak/para para, di ruang penyimpanan yang sejuk, ventilasi, tidak bocor, penerangan cukup, tidak kena sinar matahari langsung, dan bebas dari hama gudang.
Penutup
Budidaya tanaman jahe dapat menjadi investasi yang menguntungkan, terutama jika Anda memiliki lahan yang cocok dan menjalankan perawatan yang baik. Selain itu, jahe merupakan tanaman dengan nilai tambah tinggi karena banyak digunakan dalam industri kuliner dan obat-obatan. Dengan memahami proses budidaya jahe dan merawat tanaman dengan baik, Anda dapat meraih hasil yang memuaskan dari usaha budidaya tanaman jahe Anda.