Budidaya Tanaman Biji Wijen
Budidaya tanaman biji wijen (Sesamum indicum) telah menjadi bagian integral dari pertanian global selama ribuan tahun. Tanaman biji wijen, yang berasal dari wilayah Afrika, telah menemukan tempatnya dalam berbagai masakan di seluruh dunia dan juga diakui karena manfaat kesehatan yang tinggi. Dengan biji kecilnya yang berharga ini, biji wijen telah menjadi komoditas penting di dunia kuliner dan industri makanan.
Biji wijen bukan hanya menjadi bahan penting dalam produksi berbagai makanan dan produk seperti roti, saus, dan salad dressing, tetapi juga memiliki nilai gizi yang mengesankan. Kandungan lemak sehat, protein, serat, serta sejumlah vitamin dan mineral yang terkandung dalam biji wijen menjadikannya tambahan yang berharga dalam diet sehari-hari.
Mengingat popularitas biji wijen dan manfaatnya yang berlimpah, budidaya tanaman ini telah menjadi perhatian bagi banyak petani, baik skala besar maupun kecil, yang mencari cara untuk memanen manfaat dari tanaman ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi proses budidaya tanaman biji wijen mulai dari pemilihan varietas hingga panen dan penggunaan biji wijen dalam berbagai hidangan.
Mari kita mulai dengan memahami bagaimana memilih varietas biji wijen yang tepat untuk budidaya, dan kemudian kita akan menjelajahi setiap langkah dalam proses budidaya dengan cermat. Dengan panduan ini, Anda akan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil menghasilkan biji wijen berkualitas tinggi dalam skala apa pun yang Anda inginkan.
Langkah Budidaya Tanaman Biji Wijen
Varietas
Macam varietas yang digunakan perlu disesuaikan dengan tujuan pertanaman dan ketersediaan air. Mengingat masing-masing mempunyai kanopi dan umur yang berbeda. Bila jangka waktu ketersediaan air cukup panjang dapat dibudidayakan varietas dalam.
Benih diambil dari areal pertanaman yang seragam, sehat dengan daya kecambah lebih dari 80%. Kebutuhan benih untuk pertanaman monokultur sekitar 3—8 kg/ha, tergantung jarak tanam. Umur tanaman berkisar antara 75—150 hari.
Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma. Tanah sedalam 20 cm perlu diolah sampai gembur. Drainase dan saluran pembuangan juga perlu dipersiapkan agar pertanaman tidak tergenang.
Penanaman
Jarak tanam bervariasi (10—25) cm x (30—75) cm, tergantung dari varietas tanaman. Varietas genjah lebih rapat dibanding varietas dalam, begitu pula semakin sedikit percabangannya ditanam semakin rapat.
Penanaman dengan tugal sedalam 2—4 cm, tiap lubang tanam diisi 5 biji, bila disebar keperluan benih dapat mencapai 4 kali lipat. Untuk memudahkan penanaman biji dicampur dengan abu atau pasir halus.
Pemupukan
Dosis pupuk 100 kg Urea per hektar. Sepertiga dosis diberikan bersamaan dengan tanam, sisanya diberikan pada umur 4—5 minggu setelah tanam (MST). Pemberian dapat dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5—7,50 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam, Pupuk Urea yang telah diletakkan dalam lubang harus ditutup. Pupuk P dan K dapat ditambahkan bila daerah tersebut diketahui memerlukan hara tersebut.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan 6 hari setelah tanam (HST). Tanaman wijen mudah hidup bila dipindah, sehingga memungkinkan menggunakan bahan tanaman untuk menyulam dari lubang tanam lain yang tumbuh lebih dari dua tanaman. Untuk sistem ini sebaiknya penyulam an dilaksanakan 15—20 HST. Penjarangan dilakukan 15—20 HST, sehingga tinggal 2 tanaman per lubang tanam. Penyiangan dilakukan bila gulma telah mengganggu dan diupayakan sampai dengan umur 40 HST bebas dari gangguan gulma. Sambil menyiang tanaman dibumbun. Diupayakan agar pertanaman tidak tergenang walaupun sehabis hujan, berarti drainase harus baik.
Hama dan Penyakit
Hama yang sering dijumpai pada tanaman wijen adalah Agrotis sp., Tetranychus sp., dan Aphis sp. Pengendalian secara kimia untuk Agrotis sp. digunakan Furadan 3G, sebanya 40 kg/ha dengan cara tugal, sedang dua yang lain dengan 2—3 cc/liter air Thiodan 35 EC disemprotkan pada tanaman.
Pen yakit pada tanaman wijen dianggap lebih penting daripada hama, karena menimbulkan kerusakan dan kerugian yang lebih besar.
Pengendalian secara kimia dirasa kurang efisien, sehingga umumnya ditempuh dengan penggunaan varietas yang toleran, pengaturan tata letak tanaman, jarak dan pola tanam yang toleran, serta pengaturan waktu tanam.
Pola Tanam
Tanaman wijen dapat ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Pada lahan sawah umumnya ditanam pada musim. kemarau. Oleh karena itu pada pada awal pertumbuhannya membu tuhkan pengairan yang cukup sampai dengan pengisian polong (umur60—70 hari), tetapi pengairan tersebut tidak boleh sampai menggenang.
![]() |
Tumpang sari wijen dengan jagung |
Di lahan kering wijen umumnya ditanam pada musim penghujan. Tanaman wijen selain ditanam monokultur juga dapat ditumpang- sarikan dengan tanaman semusim lain seperti padi gogo, jagung, kacang-kacangan, jarak, dll. Adanya tanaman wijen dalam pola tanam juga bermanfaat untuk menekan nematoda.
Pemanenan wijen
Panen yang tepat dilakukan bila 2/3 dari polong buah sudah berwarna hijau kekuningan. Penguningan dimulai dari polong-polong yang berkedudukan di bawah. Bila terlambat polong akan pecah, bila jatuh dan tidak lagi dapat diambil.
Pemanenan yang dilakukan saat polong mulai pecah, sebaiknya menggunakan sabit bergerigi, pelan-pelan batang dipegang dan dipotong 10— 15 cm di bawah kedudukan buah. Posisi batang masih tetap tegak, kemudian dibalik agar biji dalam polong yang sudah pecah jatuh ke tempat yang sudah dipersiapkan. Pada kondisi yang sangat panas dan kering proses penuaan kadang-kadang tidak begitu jelas. Polong-polong yang berwarna hijau langsung cokelat, kering, dan pecah.Proses Pasca Panen
Pembijian
Batang wijen sebagai hasil panen diikat, masing-masing ikatan bergaris tengah sekitar 10— 15 cm, kemudian dijemur dalam kedudukan berdiri . Di bawah tempat penjemuran diletak kan tikar/tempat menampung biji wijen agar biji yang jatuh mudah dikumpulkan. Bila lantai jemur ini dari plester, tidak lagi diperlukan tempat menampung.
Jika nampak polong-polong sudah pecah, ikatan batang wijen dibalik yaitu ujungnya terletak dibawah sehingga biji keluar. Untuk mendorong biji keluar, batang dipukul-pukul dengan tongkat dan kalau belum semua biji dapat keluar, ikatan batang tadi dijemur ulang dengan kedudukan berdiri seperti semula dan biji dikeluarkan lagi sampai habis. Biji yang telah keluar dari polong dijemur lagi, umumnya selama satu hari pada panas terik sudah kering dengan kadar air kurang lebih 7%.
Pengupasan Kulit Biji
Pengupasan dilakukan umumnya bila akan digunakan sebagai bahan makanan, walaupun ini tidak selalu. Di Indonesia saat ini belum ada mesin pengupas khusus, sehingga pengupasan biji wijen masih tetap dilakukan secara manual.
Biji yang telah kering dibasahi dan ditumbuk sampai kulit biji terkelupas, kemudian dicuci untuk menghilangkan kulitnya. Agar pencucian ini lebih mudah sering digunakan minyak tanah, kemudian diberi kaporit supaya biji menjadi lebih putih dan selanjutnya dijemur.
Kernel yang telah dikeringkan, belum sama sekali bersih dari kulit biji, sehingga ditampi atau diblower.
Penutup
Sebagai petani atau pecinta tanaman, Anda mungkin telah menemukan bahwa budidaya biji wijen memerlukan perhatian khusus dan kerja keras. Namun, hasil akhirnya adalah hadiah berupa biji wijen yang lezat dan bergizi yang dapat Anda nikmati sendiri atau berbagi dengan orang lain.
Selain manfaat kuliner, biji wijen juga memberikan manfaat kesehatan yang berlimpah. Dengan kandungan nutrisi yang tinggi, biji wijen dapat menjadi tambahan yang berharga dalam diet sehari-hari, membantu meningkatkan kesejahteraan Anda.
Terakhir, penting untuk diingat bahwa budidaya biji wijen memerlukan perencanaan dan perawatan yang tepat, dan hasil yang optimal sering kali memerlukan waktu dan usaha. Namun, dengan pengetahuan yang telah Anda peroleh dari artikel ini, Anda memiliki dasar yang kuat untuk berhasil dalam budidaya tanaman biji wijen.
Semoga artikel ini telah memberikan wawasan yang berguna dan memotivasi Anda untuk menjelajahi dunia budidaya tanaman biji wijen lebih lanjut.