Minggu, 17 September 2023

Budidaya Jamur Merang

Jamur merang (Volvariella volvacea), juga dikenal sebagai jamur tiram, adalah salah satu jenis jamur yang populer di Asia Tenggara dan berbagai negara tropis. Kelezatan dan nilai gizi tinggi dari jamur merang membuatnya menjadi pilihan yang menarik untuk dibudidayakan di rumah. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk budidaya jamur merang secara sukses di rumah.

jamur merang

Pengenalan jamur merang

Jamur merang dapat tumbuh pada media limbah, karena jamur  mampu mendegradasi limbah organik. Dengan kemampuannya tersebut jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah nilai guna limbah. Jamur merang termasuk dalam golongan jamur saprofit yaitu jamur yang tumbuh pada substrat organik dari hewan maupun tumbuhan yang sudah mati dan akan mengubah substrat menjadi zat yang mudah diserap.

BACA JUGA :   Budidaya Jamur Tiram

Jamur merang merupakan jenis jamur yang pertama kali dapat dibudidayakan di Cina sekitar tahun 1650, dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1950. Secara taksonomi menurut Singer (1975) jamur merang masuk dalam klasifikasi sebagai berikut :

  • Kelas : Basidiomycetes
  • Subkelas : Homobasidiomycetes
  • Ordo : Agaricales
  • Famili : Plutaceae
  • Genus : Volvariella
  • Spesies : Volvariella volvaceae

Ciri-ciri jamur merang

Jamur merang memiliki tubuh buah yang berbentuk seperti payung dengan tutup jamur yang cembung dan batang yang relatif panjang. Tutupnya biasanya berwarna putih hingga cokelat muda, dan batangnya berwarna putih. Salah satu ciri khas jamur merang adalah lapisan yang menutupi tutupnya (volva) yang bisa dilepas saat jamur masih muda.

Rasa dan Tekstur

Jamur merang memiliki rasa yang lembut, manis, dan sedikit gurih. Teksturnya kenyal dan cocok untuk berbagai jenis masakan.

Pertumbuhan Cepat

Salah satu keunggulan jamur merang adalah kemampuannya untuk tumbuh dengan cepat. Mereka dapat dipanen hanya dalam beberapa hari setelah penanaman, membuatnya menjadi pilihan yang populer untuk budidaya komersial.

Kandungan Nutrisi

Jamur Merang adalah makanan dengan gizi yang baik, dari hasil penelitian, rata-rata jamur mengandung 19-35 persen protein lebih tinggi dibanding beras (7,38 persen) dan gandum (13,2 persen).  Asam amino esensial yang terdapat pada jamur, ada sekitar sembilan jenis dari 20 asam amino yang dikenal. Yang istimewa 72 persen lemaknya tidak jenuh, jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu. Kandungan serat mulai 7,4-24,6 persen sangat baik bagi pencernaan. Jamur mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet.

Penggunaan Kuliner

Jamur merang sering digunakan dalam hidangan Asia Tenggara, terutama dalam tumisan, sup, dan hidangan daging. Mereka juga bisa diiris tipis dan dimasak dalam tumisan atau dijadikan bahan tambahan dalam nasi goreng atau mie goreng.

Budidaya Jamur Merang

Budidaya jamur merang dapat dilakukan dalam kondisi yang terkontrol, seperti dalam ruangan atau rumah kaca. Proses budidayanya melibatkan substrat organik seperti jerami atau sekam yang dicampur dengan bibit jamur merang. Suhu dan kelembaban yang tepat sangat penting untuk pertumbuhan yang baik.

Keamanan

Jamur merang termasuk jenis jamur yang aman untuk dikonsumsi, asalkan mereka diperoleh dari sumber yang terpercaya dan tidak terkontaminasi oleh jamur lain yang beracun.

Persiapan Sarana Produksi

Sebelum melangkah dalam tahap budi daya, persiapan sarana produksi sangatlah perlu. Dengan adanya dukungan sarana yang memadai, maka proses budi daya akan berjalan dengan baik.

A. Pemilihan Lokasi

  1. Lokasi perlu dipilih sesuai dengan syarat tumbuh jamur. Syarat tumbuh yang utama adalah suhu, oleh karena itu lokasi harus  disesuaikan dengan suhu lingkungan. Jamur merang dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30–35°C dan sesuai dibudidayakan di dataran rendah.
  2. Lokasi juga harus bersih, jauh dari pabrik atau pembuangan limbah berbahaya.Hal ini bertujuan untuk menghindari jamur dari  hama, penyakit, dan kontaminasi senyawa yang berbahaya. Jamur mempunyai kemampuan menyerap logam berat, meskipun konsentrasinya kecil.
  3. Untuk menghemat biaya produksi, sebaiknya tempat budi daya dekat dengan sumber bahan baku.
  4. Lokasi harus dekat dengan sumber air. Sumber air harus tersedia dalam keadaan cukup, bersih, dan tidak tercemar. Hal ini penting, karena air merupakan kebutuhan yang sangat penting,terutama pada saat proses pembuatan media dan masa pembentukan tubuh buah.
  5. Lokasi harus mudah akses ke instalasi listrik. Listrik dibutuhkan untuk memompa air, membantu dalam sirkulasi udara dan menerangi ruangan.

B. Rumah Jamur (Kumbung)

Budidaya jamur merang biasanya menggunakan rumah jamur (kumbung) sistem semi permanen. Sistem semi permanen yang dimaksud adalah bahan yang digunakan untuk membuat rumah jamur menggunakan bahan yang sederhana, sehingga akan mudah dipindahkan. Investasi untuk membuatnya kecil. 

Dengan demikian cocok digunakan untuk budi daya jamur skala kecil atau industri menengah. Tempat untuk membudidayakan jamur atau rumah jamur  sederhana berbentuk kumbung mempunyai manfaat sebagai berikut:

  1. Melindungi jamur dari kondisi lingkungan luar yang kurang mendukung, misalnya angin yang terlampau kencang.
  2. Memudahkan pengelolaan suhu di dalam kumbung.
  3. Menghemat lahan karena dapat disusun dengan menggunakan rak.
  4. Saat budi daya tidak tergantung pada musim.
    denah ruangan kumbung
    Posisi rak dalam kumbung

kumbung jamur merang
Kumbung tampak atas
 
rumah budidaya jamur merang
Denah ruangan budidaya jamur merang
Keterangan contoh denah ruangan untuk budidaya jamur :
A. Jalan
B. Tempat menyimpan jerami
C. Tempat menyimpan bahan tambahan
D. Ruangan pengomposan
E. Ruang penyiapan bibit
F. Rumah jamur/kumbung
G. Tempat pengepakan (Pasca panen)

Bagian-bagian dari rumah kumbung tersebut sebagai berikut:

  1. Dindingnya terbuat dari bilik bambu dilapisi plastik untuk lebih menstabilkan suhu dalam kumbung. Di bagian paling luar dinding bisa dilapisi lagi dengan styroform.
  2. Permukaan lantai sebaiknya disemen untuk memudahkan dalam merawat kebersihan kumbung. Apabila tidak disemen tanah  sebaiknya dilapisi dengan pasir dan kapur.
  3. Dalam budidaya jamur merang, sterilisasi dilaksanakan dalam kumbung, maka di dalam kumbung harus dilengkapi dengan pipa yang diberi lubang-lubang kecil. Jarak antar lubang sekitar 20 cm. Kegunaan dari pipa tersebut adalah untuk mengalirkan uap air panas pada saat proses sterilisasi.
  4. Atap bangunan dapat terbuat dari rumbia yang dilapisi plastik pada bagian dalamnya.
  5. Untuk mengatur sirkulasi udara, kumbung harus dilengkapi vertilasi berupa jendela.



C. Peralatan yang Dibutuhkan

Kebutuhan peralatan biasanya disesuaikan dengan besarnya skala usaha. Skala usaha jamur dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Skala kecil, hanya menggunakan satu kumbung (4 x 7 m2),dengan kapasitas produksi (total produksi) 200 – 250 kg.
  2. Skala menengah/sedang menggunakan 2 – 5 kumbung dengan kapasitas produksi 400 – 1250 kg.
  3. Skala besar menggunakan lebih dari 5 kumbung dengan kapasitas produksi lebih dari 1250 kg.
Budidaya jamur dalam skala kecil dan menengah memerlukan peralatan sebagai berikut :
  1. Sekop, sekop garpu, terpal plastik, dan parang untuk menyiapkan media.
  2. Drum sebagai tempat air, dan bahan bakar/kompor semawar untuk sterilisasi.
  3. Sprayer untuk pengabutan dan pemeliharaan Keranjang dan pisau untuk membersihkan jamur saat pascapanen.
  4. Timbangan untuk mengukur berat sarana produksi dan hasil panen.
  5. Thermometer untuk mengukur suhu, dan Hygro meter untuk mengukur kelembaban.

BACA JUGA :   Mengenal Nama Jenis Jamur yang Bisa Dikonsumsi, Gambar dan Nama Ilmiah

Tahapan Budidaya Jamur Merang

A. Pembuatan Kompos

Pengomposan dilakukan dengan tujuan untuk mengaktifkan mikroflora termofilik, yakni bakteri dan fungi yang akan merombak selulosa, hemiselulosa, serta lignin, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur. Selama proses pengomposan akan timbul panas yang dapat mematikan organisme pesaing yang merugikan bagi pertumbuhan jamur.

Sebagai bahan baku tempat (media) tumbuhnya jamur merang yaitu jerami. Bahan baku ini dapat dipadukan dengan limbah pertanian yang tersedia di sekitar lokasi budidaya, misalnya kapas  bekas dari pemintalan benang, ampas aren, ampas tebu, kardus bekas, eceng gondok yang telah dikeringkan. Bahan tambahan lain yang diperlukan yaitu bekatul sebagai sumber karbohidrat, kapur  untuk menetralkan media, dan kotoran ayam dapat ditambahkan untuk meningkatkan kadar nitrogen dalam media. Adapun secara  lengkap komposisi media untuk budidaya jamur merang dengan total  produksi 450 kg disajikan pada tabel berikut.

NoBahanVolumeSatuan
1Jerami kering2ton
2Bekatul40kg
3Kapur300kg
4Kapas bekas pemintalan300kg
5Urea2kg
6Kotoran ayam100kg

Pembuatan kompos dapat dilakukan di dalam ruangan atau di ruangan beratap, walaupun tidak berdinding. Permukaan bawah tempat pengomposan sebaiknya disemen atau dilapisi plastik/terpal.
Dalam pembuatan kompos, bahan-bahan diatas dibagi dua, yaitu satu bagian dikomposkan tersendiri (media utama saja) dan satu bagian lagi diberi media tambahan, lalu dikomposkan (media utama+ media tambahan).
Setelah kedua kompos tersebut selesai, kedua macam kompos tersebut dicampur secara merata.
Langkah-langkah pembuatan media kompos (media utama) sebagai berikut :

cara pembuatan kompos bahan untuk jamur merang

 Media tambahan seperti kapas atau ampas aren sebaiknya dikomposkan sendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan. Tujuan pemberian media tambahan ini untuk meningkatkan hasil produksi sekaligus untuk memanfaatkan limbah yang ada di sekitar lokasi.

Media tambahan seperti kapas atau ampas aren sebaiknya dikomposkan sendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan. Tujuan pemberian media tambahan ini untuk meningkatkan hasil produksi sekaligus untuk memanfaatkan limbah yang ada di sekitar lokasi.


Pembuatan media tambahan
Cara pembuatan media atas:

  • Ampas aren, pupuk ayam dicampur dengan kapur sebanyak 5 kg diaduk sampai rata.
  • Kemudian disirami dengan air.
  • Media yang sudah disiram ditutup rapat dengan plastik atau terpal dan diamkan selama 7-30 hari.
  • Media yang sudah dipermentasi dilakukan pembalikan dengan menambahkan dedak sebanyak 50-75 kg dan diaduk sampai  merata.
  • Kemudian disiram lagi dengan air ± 20-30 liter.
  • Kemudian media ditutup kembali dan didiamkan selama tiga hari.

Pengomposan media utama + media tambahan tidak berbeda dengan pengomposan media utama. Perbedaannya hanya pada lapisan jerami (diatasnya) diberi kapas atau ampas aren. Dengan demikian, susunannya menjadi jerami, diatasnya diberi kapas atau ampas aren, kemudian campuran dari bekatul, kapur, urea, dan kotoran ayam. Begitu seterusnya disusun secara berselang-seling hingga 1,5 m, kemudian ditutup dengan plastik/terpal.

Ciri jerami yang telah menjadi kompos adalah :

  1. Tidak berbau amoniak.
  2. Warna kompos coklat sampai dengan hitam.
  3. Teksturnya lunak.
  4. Kadar airnya 65% yang diukur dengan cara memijatnya, bila terasa basah tetapi tidak menetes, berarti kadar airnya sudah sesuai.
  5. pH kompos 7 – 7,5 
Media kompos jamur meang
Pembuatan Media Kompos

B. Sterilisasi

Media yang telah dikomposkan kemudian disusun dalam rak setebal 20 cm, proses selanjutnya adalah sterilisasi. Tujuan dari  proses sterilisasi ini adalah mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan pertumbuhan jamur dan menghilangkan bau amoniak.
 
Proses sterilisasi dengan cara mengalirkan uap air panas selama 8 jam dengan suhu 70° C ke dalam kumbung yang telah diisi  media. Pada saat proses sterilisasi berlangsung sebaiknya seluruh celah pada kumbung ditutup rapat.
 
sistem sterilisasi budidaya jamur merang
Proses Sterilisasi Dengan Sistem Sederhana

 
tahapan sterilisasi budidaya jamur merang
Proses sterilisasi

C. Penanaman Bibit

Setelah proses sterilisasi selesai, suhu kumbung dibiarkan turun sampai suhu 30°C. Pada suhu tersebut, segera dilakukan penanaman bibit. Penanaman bibit dilakukan pada suhu 30°C bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur kontaminan, karena media sudah didominasi terlebih dahulu oleh jamur yang kita tanam.

Penanaman bibit dilakukan dengan cara menebarkan bibit siap semai ke permukaan dan lapisan tengah media. Bibit sebanyak
300 gr dapat dipergunakan untuk luasan 1 m2. Jumlah bibit yang diberikan tidak berpengaruh pada hasil, tetapi berpengaruh pada penekanan tumbuhnya jamur atau cendawan kontaminan.

Selain dengan kepadatan bibit, pertumbuhan cendawan kontaminan dapat dicegah dengan sterilnya peralatan maupun tangan pekerja (penanam). Agar steril, peralatan dapat dibersihkan dengan alkohol.

D. Penumbuhan Tubuh Buah

Setelah penanaman bibit, tahap berikutnya adalah masa inkubasi yaitu masa penumbuhan miselium. Pada saat inkubasi, pintu dan jendela kumbung ditutup rapat, karena oksigen yang dibutuhkan hanya sedikit sekali. Dengan kondisi yang tertutup tersebut, suhu ruangan dipertahankan pada kisaran 30° C - 35° C.

Pengontrolan suhu dan pemeriksaan adanya kontaminan harus selalu dilakukan. Apabila terjadi kontaminasi, media yang ditumbuhi cendawan atau jamur lain harus segera dibuang.

Pada hari ke 4 dari pemberian bibit, awal masa generatif yaitu penumbuhan calon tubuh buah. Pada fase ini jendela dibuka, agar cahaya matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan baik. Hal ini dilakukan untuk memacu terbentuknya tubuh buah. Agar terbentuk tubuh buah diperlukan kadar karbon dioksida kurang dari 0,08 – 0,05 %. Kelembaban yang dibutuhkan pada saat penumbuhan tubuh buah 80 – 90 %.

Kelembaban ini dapat diukur dengan melihat tingkat kebasahan media. Media tidak boleh kering, tetapi juga tidak terlalu basah. Kadar air media yang cukup, ditandai dengan tidak meneteskan air, bila media dipijit.

Masa pertumbuahn jamur merang - miselium
Masa Penumbuhan Tubuh Buah (Miselium)

E. Pemanenan
Apabila kondisi media maupun lingkungan cukup baik, jamur dapat dipanen pada hari ke- 10 hingga hari ke- 14 dari penanaman
bibit. Jamur merang yang dipanen adalah jamur dalam stadium kancing. Jamur merang yang payungnya sudah mekar tidak diminati
oleh konsumen. Oleh karena itu, diusahakan waktu panen tidak terlambat.

Pemetikan (panen) jamur harus hati-hati, supaya tidak merusak miselium maupun calon tubuh buah yang lain. Panen dilakukan pada pagi hari dan sore hari selama 3 hari berturut-turut. Setelah 1 minggu kemudian, dapat dilakukan panen lagi. Dalam 2 periode, hasil  panen yang diperoleh sekitar 25 – 40 % dari total produksi. Total  pemanenan dapat berlangsung selama 1 bulan.

Rata-rata produksi satu kumbung berukuran 4 m x 7 m sekitar 200 – 250 kg. Banyak sedikitnya hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas dari bibit termasuk didalamnya sifat genetik bibit yang digunakan, kualitas media, proses sterilisasi,  dan kondisi lingkungan.

Hasil panen umumnya sangat bervariasi dalam kualitasnya. Jamur merang yang dikatakan baik, bila masih dalam stadia kancing,  berdiameter sekitar 3 – 5 cm, berwarna putih coklat muda, dan bentuknya tidak rusak, karena terserang mikroorganisme. 
Jamur dengan mutu yang baik ini dapat dipasarkan di pasar swalayan, tetapi sebelumnya bagian bawah yang kotor diiris dengan pisau, agarbersih dan kemudian dikemas dalam plastik. Adapun jamur yang kurang berkualitas dapat dipasarkan di pasar tradisional.

Jamur hasil panen ini sebaiknya segera dipasarkan, karena daya tahannya tidak lama. Pada suhu kamar, jamur merang hanya bertahan 1 – 2 hari, sedangkan bila disimpan dalam lemari pendingin dapat bertahan 3 – 4 hari.
 

Penutup
Budidaya jamur merang dapat menjadi ide usaha yang menguntungkan. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat menikmati hasil panen jamur merang segar yang lezat dan sehat. Selain itu, budidaya jamur merang juga ramah lingkungan karena mengurangi limbah organik.

Sumber :
  • Budhi Widiastuti, Budidaya jamur kompos, jamur merang dan jamur kancing, Penebar Swadaya, 2007.
  • Parjimo dan Agus Andoko, Budidaya jamur, jamur kuping, jamur tiram, dan jamur merang, Agro Media Pustaka 2007

Admin