Senin, 10 Juli 2023

Pengendalian Hama Ulat Daun Pada Tanaman Kubis

Tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata) merupakan salah satu tanaman sayuran yang sering menjadi target serangan hama ulat daun. Ulat daun merupakan hama yang cukup merusak pada tanaman kubis, karena mereka memakan daun-daun muda yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Serangan ulat daun dapat menyebabkan kerugian yang signifikan, baik dalam hal penurunan hasil panen maupun kualitas produksi kubis.

ULAT DAUN KUBIS


Ulat daun kubis mulai menyerang sejak awal pra pembentukan krop (0 – 49 hst) sampai fase pembentukan krop(49 – 85 hst). Larva makan jaringan permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan lapisan epidermis bagian atas. Setelah jaringan daun membesar lapisan epidermis pecah, sehingga terjadi lubang – lubang pada daun. Jika tingkat populasi larva tinggi, akan terjadi kerusakan berat pada tanaman kubis, sehingga yang tinggal hanya tulang – tulang daun kubis. Umumnya serangan berat terjadi pada musim kemarau pada umur 5 – 8 minggu.

Nama umum : Plutella xylostella Linnaeus
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Yponomeutidae
Subfamili : Plutellinae ULAT DAUN KUBIS


Morfologi/Bioekologi

  • Ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian (diamond) atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya. 
  • Ngengat beristirahat pada siang hari. 
  • Umur ngengat 2 - 4 minggu.
  • Ngengat betina mampu menghasilkan telur 180 - 320 butir. Daur hidup dari telur sampai ngengat pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut (dpl) 12 - 15 hari dan 20 - 25 hari pada ketinggian 110 m dpl.
  • Telur berwarna kuning kehijauan diletakkan di sekitar tulang daun pada permukaan bawah daun dalam satu kelompok sejumlah 1 - 6 telur.
  • Larva P. xylostella mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya.
  • Larva terdiri atas empat instar.
  • Ukuran larva instar keempat 10 - 12 mm. Kepala berwarna kuning muda terdapat bintik-bintik gelap.
  • Tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu hitam tipis, dan bila disentuh larva bereaksi ganas, menjatuhkan diri dan membentuk benang sutera.
  • Pupa terletak pada daun atau batang, seperti jalinan benang berwarna putih sehingga nampak seperti kumparan benang.
  • Dalam satu tahun beberapa generasi dapat dihasilkan apabila kondisi menguntungkan, di negara subtropis tidak lebih dari 2 - 3 generasi tetapi di negara tropis dapat mencapai 16 generasi.
  • Hama P. xylostella mempunyai daerah sebaran luas baik di daerah tropis maupun subtropis.
  • Di Indonesia hama tersebut dilaporkan menyerang di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

BACA JUGA :  Cara Budidaya Kubis Secara Umum

Gejala serangan ulan daun kubis

  1. Larva (ulat) muda yang baru menetas, mengorok daun kubis selama 2 - 3 hari. 
  2. Selanjutnya memakan jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk lubang. 
  3. Apabila tingkat populasi larva tinggi hampir seluruh daun dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan. 
  4. Umumnya serangan berat terjadi pada musim kemarau pada umur 5 - 8 minggu.
  5. Ulat daun kubis mulai menyerang sejak awal pra pembentukan krop (0 – 49) hari setelah tanam = hst) sampai fase pembentukan krop (49 - 85 hst).

Tanaman inang lain

Raphanus sativus (lobak), Nasturtium sp. (sejenis selada air), Alyssium sp., Methiola sp, kubis, kolrabi, kubis bunga, petsai dan kailan. Gulma tanaman inang antara lain Capsella bursapactoris, Cardamine hirsuta, Brassica pachypoda, N. officinale (selada air) dan Lepidium sp.

Cara pengendalian ulat daun kubis

  1. Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi :
    • Pengaturan waktu tanam
    • Pergiliran tanaman
    • Tanam serentak
    • Tumpang sari atau monokultur
    • Penggunaan benih unggul bermutu dan sehat
    • Sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman dan saluran
    • Pengolahan tanah yang sempurna, pengelolaan air yang baik
    • Pengaturan jarak tanam, penanaman tanaman perangkap.
  2. Pemanfaatan musuh alami, dengan memanfaatkan parasit Diadegma semiclausum dan Cotesia plutellae serta cendawan Zoophthora radicans.
  3. Pengendalian fisik, dilakukan antara lain dengan memasang perangkap feromoid seks sebanyak 1 buah per 50 m2 digunakan memantau populasi ngengat jantan. Bila dalam 7 malam tertangkap 20 ngengat per perangkap maka perlu dilakukan aplikasi insektisida..
  4. Pengendalian dengan insektisida bahan alami, dengan menggunakan minyak dari ekstrak biji buah srikaya, dan sirsak dengan konsentrasi 10 %. Bahan alami lain yang bisa digunakan sebagai insektisida bahan alami adalah ekstrak biji nimba dan tembakau.
  5. Pengendalian kimia, dapat diaplikasi dengan insektisida yang diizinkan.oleh Menteri Pertanian.

CEK ARTIKEL TANAMAN SAYUR LAINNYA

Admin