Lada (Piper nigrum) adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang memiliki peran penting dalam dunia kuliner dan perdagangan global. Mempunyai cita rasa pedas yang khas, tanaman lada merupakan sumber dari rempah lada hitam dan lada putih, yang memiliki sejarah panjang sebagai bahan makanan dan obat-obatan tradisional. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal usul, ciri-ciri, klasifikasi, syarat tumbuh dan metode perbanyakan bibit dari tanaman lada.

Asal – usul / sejarah lada
Tanaman lada berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, dan telah dikenal dalam masakan India setidaknya sejak 2000 SM.J. Innes Miller mencatat bahwa sementara lada ditanam di Thailand selatan dan di Malaysia, sumber terpentingnya adalah India, khususnya Pantai Malabar, di tempat yang sekarang menjadi negara bagian Kerala.
Kota pelabuhan kuno Muziris yang hilang di Kerala, terkenal karena mengekspor lada hitam dan berbagai rempah-rempah lainnya, disebutkan dalam sejumlah sumber sejarah klasik untuk perdagangannya dengan Kekaisaran Romawi, Mesir, Mesopotamia, Levant, dan Yaman. Merica adalah barang dagangan yang sangat berharga, sering disebut sebagai “emas hitam” dan digunakan sebagai bentuk uang komoditas.
Harga lada di Eropa Kuno
Warisan perdagangan ini tetap ada di beberapa sistem hukum Barat yang mengakui istilah “sewa merica” sebagai pembayaran token untuk sesuatu yang pada dasarnya adalah hadiah Dikenal sebagai “King of Spices”, lada merupakan rempah terpenting yang diperdagangkan secara internasional. Lada adalah salah satu komoditas paling awal yang diperdagangkan antara Timur dan Eropa. Pada abad pertengahan, lada sering berpindah tangan sebagai sewa, mas kawin, dan pajak. Pada abad pertengahan, lada adalah mata uang yang disukai, dihargai oleh orang kaya.
Sejarah Eropa abad pertengahan memberikan bukti lebih lanjut tentang pengaruh lada dalam komunitas perdagangan. Pedagang lada bahkan memiliki nama daerah mereka sendiri yaitu, ‘Pepperer’ di Inggris, “Pfeffersacke” di Jerman dan “Poivrier” di Prancis.

Kota Alexandria, Genoa, dan Venesia melakukan perdagangan lada yang pesat selama abad pertengahan. Nyatanya, mereka berhutang kemakmuran pada komoditas yang tak ternilai ini. Penemuan Vasco de Gama tentang jalur laut ke tanah rempah-rempah di Pantai Malabar pada tahun 1498 terpicu oleh obsesinya terhadap rempah-rempah, terutama lada.
Prestasi Gama memiliki dua hasil. Satu, itu memberi Portugal monopoli yang aman atas perdagangan rempah-rempah. Kedua, itu menghancurkan perekonomian Aleksandria, Genoa, dan Venesia, yang berjaya di atas kemakmuran yang dibawa oleh lada. Selama dua abad berikutnya, Lisbon adalah pelabuhan Eropa terkaya karena tetap menjadi pusat perdagangan utama lada dan rempah-rempah oriental lainnya.
Lada Indonesia ke Dunia Barat
Pada tahun 1595, Houtman dari Belanda melakukan pelayaran yang sukses ke Indonesia. Inilah awal dari berakhirnya monopoli Portugal atas perdagangan rempah-rempah. Pada 1605, Belanda mengusir Portugis dari Maluku. Belanda secara bertahap membangun cengkeraman yang kuat atas pusat penghasil lada di dekat Lampong di Sumatra dan Banten di Jawa. Lada adalah kegiatan pertanian yang berkembang pesat di wilayah ini bahkan hingga hari ini.
Kontrol Belanda atas produksi dan penjualan rempah-rempah menjadi sangat lemah pada tahun 1650 ketika penanaman lada menyebar ke Kepulauan Melayu. Belanda tidak bisa berbuat apa-apa karena daerah ini berada di luar jangkauan pengaruh mereka. Selama abad ke-19, London muncul sebagai pusat rempah-rempah terpenting di dunia. Pada saat itu, peningkatan produksi telah menurunkan harga lada, membuatnya terjangkau bahkan bagi orang jalanan. Lada tidak lagi menjadi komoditas eksklusif orang kaya dan terkenal.
Ketika keberuntungan Perusahaan Hindia Timur Belanda turun, AS memasuki arena. Pada tahun 1797, Jonathan Carnes dari Massachusetts berlayar ke perairan New York dengan membawa lada Sumatera senilai US$100.000. Kota Salem dan Boston di AS segera menjadi pusat rempah-rempah utama. Kebetulan, komandan kapal dagang abad ke-18 yang pemberani adalah leluhur dari angkatan laut dagang AS saat ini.
Saat ini perdagangan lada meliputi seluruh dunia dengan Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang dan Korea menjadi konsumen terbesar. Negara penghasil lada utama adalah Vietnam, India, india, Brazil, Malaysia, China dan Sri Lanka
Ciri-ciri / morfologi tanaman lada

Berikut adalah Morfologi tanaman Lada menurut (Suwarto 2013):
1. Akar
Tanaman lada sebernarnya memiliki akar tunggang, akan tetapi akar jenis ini tidak di temukan pada tanaman lada saat ini. Hal ini terjadi karena perbanyakan lada dengan stek sehingga yang ada hanya akar lateral. Akar terbentuk pada buku-buku setiap ruas batang pokok dan cabang. Berdasarkan fungsinya, tanaman lada mempunyai dua macam akar.
- Pertama, akar lateral yang berada di bawah permukaan dan berfungsi untuk menyerap unsur hara.
- Kedua, akar lekat yang terdapat pada buku-buku sulur panjat dan berfungsi untuk melekatkan tanaman pada penegak.
2. Batang
Lada merupakan tanaman tahunan yang memanjat (scandens)dan berbuku-buku , termasuk tumbuhan biji belah (dicotyledonae). Berdasarkan letak jaringan pembuluh, batang memiliki karakter antara tanaman biji belah dan tanaman biji tunggal (monocotyledonae) jaringan pembuluh terdiri atas pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Batang tanaman lada sebutannya sulur dan pada lada panjat ada pembedaan menjadi tiga bagian yaitu.
- Sulur panjat
- Sulur ini merupakan batang utama atau cabang primer yang tumbuh ke atas dan menempel pada tiang atau pohon penegak atau tajar. Sulur atau cabang ini tidak menghasilkan buah, dari sulur panjat atau cabang primer ini akan keluar cabang-cabang sekunder atau sulur panjang.
- Sulur panjang atau sulur cabang sekunder
- Sulur ini adalaah cabang yang keluar dari sulur panjat atau cabang primer. Sulur panjang atau cabang sekunder ini di bedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
- Sulur cacing, yaitu sulur panjang yang tumbuh di bagian batang utama sebelah bawah, dari bagian batang yang telah tua. Cabang ini tidak bisa mengeluarkan buah secara langsung dan juga tidak dapat menghasilkan cabang yang dapat langsung berbuah.
- Sulur gantung, sulur ini merupakan cabang yang keluar dari batang utama bagian atas, yaitu dari bagian yang masih muda. Sulur ini tidak langsung menghasilkan buah tetapi biasanya mengeluarkan cabang yang langsung berbuah atau di sebut cabang buah. Sulur ini sangat baik untuk dijadikan bibit.
- Sulur ini adalaah cabang yang keluar dari sulur panjat atau cabang primer. Sulur panjang atau cabang sekunder ini di bedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
- Sulur pendek
- Sulur ini adalah cabang buah adalah sulur atau cabang yang keluar dari sulur panjang. Sifat cabang ini adalah berukuran sedang, ruas-ruas nya pendek dan pada bubu-buku nya tidak ada akar. Dari cabang ini akan keluar rangkaian bunga yang kemudian menjadi buah. Cabang ini agak sukar menjadi bibit. Bibit yang berasal dari cabang buah ini akan menghasilkan lada dalam bentuk perdu atau di kenal dengan istilah lada perdu.
3. Daun
Daun lada pada dasarnya berbentuk sederhana, tunggal, bulat telur yang meruncing pada pucuknya, bertangkai panjang antara 2-5 cm dan membentuk aluran di atasnya. Ukuran daun dengan panjang 8-20 cm dan lebar 4-12 cm, Berurat 5-7 helai , warna hijau tua dan mengerucut di bagian bawah nya. Pada bagian daun tampak ada titik-titik kelenjar.
4. Bunga
Merupakan bunga majemuk berbentuk malai/untai (amentum). Malai menggelantung ke bawah dengan panjang yang bervariasi (3-25 cm), tidak bercabang ,berporos tunggal, dan ditumbuhi bunga-bunga kecil yang berjumlah lebih dari 150 kuntum. Bunga duduk pada ibu tangkai tanpa tangkai bunga yang jelas dan tersusun secara spiral, warnanya hijau muda kekuningan. Malai Petaling 1 kurang lebih 11 cm lebih panjang daripada dengan malai Chunuk kurang lebih 9 cm, malai terpendek terdapat pada Merapin kurang lebih 2-6 cm.
5. Buah
Buah lada tidak bertangkai atau di sebut buah duduk , berbiji tunggal, berbentuk bulat atau agak lonjong, umum nya berdiameter 4-6 mm, ber daging, kulitnya berwarna hijau jika msih muda dan berubah warnanya menjadi merah apabila sudah massak.
Klasifikasi tanaman lada
Sistematika tanaman Lada berdasarkan Taksonomi tumbuhan adalah :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Clasis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.
Syarat tumbuh
1. Kondisi tanah
- Tanah yang cocok bagi pertumbuhan lada yaitu tanah yang netral dengan pH 6,0 -7,0, suhu tanah berkisar antara 14 – 29C°.
- Kemampuan tanah menjaga kelembapan, jika penyerapan airnya antara 0,2 – 20 cm selama maksimal 1 jam.
- Media tanam sesuai adalah : subur dan kaya bahan organik; pH 5,5-7, warna tanah merah sampai merah kuning; dan tidak tergenang atau terlalu kering.
2. Ketinggian
- Lada dapat tumbuh dengan baik dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 mdpl. Lada di dataran rendah akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik dan berbuah sangat lebat.
3. Iklim
Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan hasil produksi yang memuaskan, sebaiknya lokasi tanam lada di daerah beriklim tropis ketentuan sebagai berikut :
- Curah hujan rata-rata 1000-3000 mm per tahun
- Sinar matahari 10 jam/hr suhu udara 20-34C°
- Kelembaban udara optimal 60-80%.
Perbanyakan
Tanaman lada dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang/sulur. Tetapi umumnya dengan stek batang/sulur karena relatif lebih mudah, murah dan juga dapat mempertahankan sifat-sifat keturunannya. Perbanyakan dengan biji hanya untuk tujuan penelitian .
Usaha dan pengembangan tanaman lada bibit merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan pertanian di lapangan. Bibit yang unggul dan berkualitas baik akan lebih menjamin keberhasilan usaha yang dilakukan, tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan teknik budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan.

Perkembangbiakan vegetatif (stek), bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat tanpa ada perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman induk. Macam stek yang bisa digunakan adalah stek batang, daun, akar, dan tunas. Stek batang ialah stek yang berasal dari batang tanaman. Bila batang terlalu pendek akan cepat kering, cadangan makanan kurang sehingga peluang hidup kecil. Jika batang terlalu panjang pertumbuhan tunas dan akar lambat dan boros. Stek batang yang baik mempunyai mata tunas minimum 3 buah (Heddyet al.,1994).
Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Pada irisan miring, stek akan mempunyai permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar sehingga jumlah akar yang tumbuh lebih banyak karena pada pangkal stek ini terakumulasi zat tumbuh (Artanti, 2007).
BACA JUGA : Pengolahan Lada Hitam
Perbanyakan tanaman lada dengan menggunakan stek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Lada sulur
Berasal dari bibit sulur panjat dan menghasilkan tanaman yang memiliki sifat memanjat. Lada panjat lebih tahan air, karena rumpunnya bisa dibumbun. Untuk bisa mendapatkan jenis lada sulur ini bisa menggunakan dua cara yaitu :
- Stek panjang (5-7 buku) yang akan tumbuh terlebih dulu, kemudian dapat langsung tanam di kebun . Stek satu buku berdaun tunggal yang harus proses semai terlebih dahulu di persemaian.
- Penggunaan stek panjang apabila sumber bahan tanaman cukup banyak. Stek tersebut berasal dari sulur panjat. Stek satu buku berdaun tunggal dengan sara :
- Potong-potong Stek panjang menjadi sejumlah stek satu buku berdaun tunggal kemudian rendam dalam larutan gula (1-2%) selama ½ – 1 jam
- Stek lalu semai dalam polibag yang terdiri atas campuran tanah (top soil) dengan pupuk kandang dan pasir kasar/sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 atau 1 : 1 : 1 dan telah
- Biarkan selama 7-10 hari.
- Untuk mempertahankan kelembaban lingkungan maka butuh sungkup plastik dengan kerangka bambu atau kayu setinggi + 1 m.
- Buka sungkup plastik setiap pagi (pukul 9.00-10.00), lalu sungkup tutup kembali untuk menjaga agar kelembaban udara dalam sungkup tetap tinggi.
2. Lada perdu
Lada perdu berasal dari sulur cabang buah akan menghasilkan tanaman tanpa tiang panjatan berupa tiang beton atau pohon kayu inangnya. Jadi lada perdu tumbuh berbentuk semak perdu begitu saja di tanah. Keuntungannya adalah tidak perlu membuat tiang panjat, dan jarak tanam bisa lebih rapat, 1×2 meter, berbanding lada panjat yang minimal harus 2×2 meter.
BACA JUGA : Budidaya Singkat Tanaman Lada
Pemanenan juga lebih mudah, karena tak perlu pakai tangga. Menurut pengalaman petani, hasil bersih berupa lada putih atau lada hitam dari tanaman lada perdu juga 25 persen lebih banyak daripada tanaman lada panjat. Kekurangannya adalah lahan tidak boleh terendam air lebih dari 3 jam. Jadi, 3 jam setelah hujan lebat, lahan harus sudah bebas air tergenang.

Tips mendapatkan lada perdu
Namun untuk bisa mendapatkan jenis lada perdu ini ada tips-tips yang harus perlu perhatian :
- Umur bahan stek minimal 6 bulan, stek cabang produktif
- Ambil dari pohon induk sulur panjat yang berumur minimal 2 tahun
- Stek berasal dari panjang 7 ruas dari pucuk, sehat tidak terserang hama dan penyakit.
- Membuat Bibit Lada Perdu adalah setelah kita mendapatkan syarat stek sesuai di atas kemudian buang daunnya sebagian untuk mengurangi penguapan. Lalu semprotkan pestisida yaitu campuran antara fungisida dan insektisida (merknya bebas silahkan gunakan merk yang tersedia) sebagai perlindungan bakal calon bibit.
- Lalu kemudian celupkan pangkal stek kedalam larutan zat perangsang akar.
- Setelah itu tancapkan stek sepanjang 1-2 cm kedalam media yang sudah kita siapkan.
- Untuk media tanam bisa gunakan tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 :1 : 1 . Lalu masukan kedalam polybag ukuran 12×17 cm atau bisa juga di lahan persemaian yang tersungkup dengan plastik bening atau rumbia untuk menjaga suhu sekitar persemaian.
- Rawatlah persemaian tersebut dengan menyiram tiap hari sampai bibit berumur 3 bulan dan siap untuk pemindahan ke lahan