Pohon jengkol, atau dalam bahasa ilmiahnya Archidendron pauciflorum, adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan nutrisi yang tinggi, serta menjadi bagian penting dalam tradisi dan budaya di beberapa wilayah di Asia Tenggara. Tanaman ini berasal dari keluarga Fabaceae dan menghasilkan buah yang terkenal dengan bijinya yang khas berwarna hitam dan beraroma khas. Selain bijinya yang sering digunakan dalam masakan tradisional, pohon jengkol juga memiliki banyak manfaat lainnya. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dekat tentang pohon jengkol, mulai dari klasifikasinya dalam taksonomi, ciri-ciri morfologi yang membedakannya, syarat tumbuh yang diperlukan, hingga manfaat yang dapat diambil dari tanaman ini. Dengan memahami lebih dalam tentang pohon jengkol, kita akan semakin menghargai keunikan dan nilai pentingnya dalam kehidupan manusia dan lingkungan sekitar.Jengkol atau jering adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Bijinya digemari di Malaysia (disebut “jering”), Myanmar (disebut “da nyin thee'”), dan Thailand (disebut “luk-nieng” atau “luk neang”). Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan.
Biji jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah. Olahan paling umum adalah disemur, dan dikenal oleh orang Sunda sebagai “tekol”, “ati arwana”, “ati maung” atau “hati macan”. Jengkol dapat pula digoreng dengan balado atau dijadikan gulai. Setelah diolah, jengkol akan mengeluarkan aroma khasnya yang bagi sebagian orang dianggap dapat menggugah selera dan memiliki cita rasa yang khas; sedikit kelat dengan tekstur agak liat.
Selain disemur, biji jengkol juga dapat dibuat menjadi keripik seperti halnya emping dari melinjo dengan cara ditumbuk atau digencet hingga pipih, dikeringkan, kemudian digoreng. Efek negatif bau jengkol yang menyengat dapat dikurangi dengan perendaman atau perebusan.
Klasifikasi pohon jengkol
Tumbuhan Jengkol termasuk dalam family mimosaceae (suku polong-polongan). Tumbuhan ini memiliki nama latin Pithecellobium jiringa dengan nama sinonimnya yaitu Archindendron jiringa, Pithecellobium lobatum Benth., dan Archindendron pauciflorum. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna cokelat mengilap. Beriku taksonomi pohon jengkol:
- Kerajaan : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Kelas : Dycotiledonae
- Bangsa : Rosales
- Suku : Mimosaceae
- Genus : Pithecellobium
- Spesies : Pithecellobium jiringa.
Ciri-ciri / Morfologi Tanaman
Tumbuhan jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan jering adalah termasuk dalam famili Fabaceae (suku biji-bijian). Tanaman jengkol (Pithecollobium jiringa) dikenal masyarakat luas sebagai salah satu tanaman dengan buah yang berbau unik. Apalagi bagi para penggemar wisata kuliner nusantara, dipastikan tidak ada yang tidak menggenal buah jengkol. Tumbuhan kulit buah jengkol atau jering dengan nama Latinnya yaitu (Pithecellobiumlobatum Benth.) dengan sinonimnya yaitu A. Jiringan, Pithecellobium jiringa dan Archindendron Paciflorum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara.
Ciri-ciri morfologi tumbuhan jengkol sebagai berikut:
- Batang
- Daun
- Bunga
- Buah

Bulat pipih berwarna coklat kehitaman
- Biji

- Akar
BACA JUGA: Cara Tanam Pohon Jengkol
Syarat Tumbuh tanaman jengkol
- Jengkol dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 mdpl.
- Jenis tanah yang baik adalah tipe latosol, jika jengkol ditanam di tanah berpasir maka pertumbuhannya tidak akan optimal.
- Berdasarkan
sistem Schimdt Ferguson, habitat pohon jengkol cocok berada di wilayah
beriklim C dan D dengan kondisi lembab atau agak lembab. - Tumbuhan jengkol tidak terlalu cocok dengan kondisi kemarau yang panjang.
Manfaat dan Yang perlu diperhatikan jika mengkonsumsi buah jengkol
Dari segi nutrisi, jengkol memiliki vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi. Namun karena efek samping yang ditimbulkan, maka konsumsinya menjadi terbatas.
Biji jengkol sedikit beracun karena adanya kandungan asam jengkol, sebuah asam amino yang dapat menyebabkan djenkolism (keracunan biji jengkol). Gejala yang muncul antara lain terjadinya kejang otot, pirai, retensi urin, dan gagal ginjal akut. Kondisi tersebut terutama dialami pria, dan tidak bergantung dari berapa jumlah biji yang disiapkan. Setiap individu dapat dapat mengonsumsi jengkol tanpa insiden, tetapi dapat mengalami gagal ginjal pada kesempatan yang lain.
Memakan jengkol dalam jumlah sedikit menciptakan masalah sosial, karena menghasilkan bau mulut, keringat, feses, dan urin. Sebenarnya bau ini bisa diatasi dengan membersihkan diri dengan peralatan kebersihan yang mengandung pengharum, seperti pasta gigi, cairan kumur, sabun, dan deodoran. Bau pada waktu kencing dapat dikurangi apabila pembilasan dilakukan sebelum dan sesudah kencing dengan jumlah air yang cukup atau bila perlu dibilas dengan cairan pembersih.
Selain bau, jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena konsumsi jengkol berlebihan menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran urin, yang disebut kejengkolan. Ini terjadi karena jengkol mengandung asam jengkolat yang tinggi dan sukar larut di air pada pH yang asam. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan terbentuknya kristal dan mengganggu urinasi. Risiko terkena kejengkolan diketahui bervariasi pada setiap orang, dan dipengaruhi secara genetik dan oleh lingkungan