Mengenal Cabe Jawa : Manfaat dan Budidaya Tanam

Yuk Bagikan ..

Indonesia adalah negeri rempah yang terkenal, dan salah satu rempah yang memiliki tempat istimewa dalam budaya kuliner dan tradisi pengobatan adalah cabe Jawa atau cabai Jawa. Artikel ini akan membahas berbagai aspek tentang cabe Jawa, termasuk sejarah, penggunaan dalam masakan dan pengobatan, informasi tentang tanaman tersebut, dan cara budidaya.cabe jawa

Cabe Jawa: Asal Usulnya

Cabe Jawa, atau  cabai Jawa, adalah variasi cabai yang tumbuh di wilayah Asia Tenggara, terutama Indonesia. Meskipun namanya mengandung “Jawa,” cabe Jawa tidak hanya di pulau Jawa, melainkan juga tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa pemakaian cabe Jawa telah ada dalam masakan tradisional Indonesia sejak dulu. Sebelum kedatangan cabai (Capsicum spp.), tumbuhan inilah yang disebut “cabai”. Penamaan Cabai sendiri oleh orang Jawa adalah lombok.

Cabai Jawa merupakan sejenis rempah yang masih berkerabat dekat dengan tanaman lada dan kemukus. Cabai Jawa tercatat dalam keluarga Piperaceae atau sirih-sirihan. Tanaman cabai Jawa memiliki berbagai sebutan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Java long pepper. Di Indonesia juga ada beberapa sebutan seperti lada Jawa, cabai jamu, cabai puyang, lada panjang. Orang Sumatera menyebutnya dengan cabai panjang. Masyarakat Sunda menyebutnya cabai Jawa. Masyarakat Jawa sendiri memberi nama cabean, cabe alas hingga cabe Jamu. Orang Madura menyebutnya dengan sebutan cabe jharno, cabe ongghu dan cabe solah. Sementara masyarakat Sulawesi menamakannya dengan cabia dan cabian.

Gambaran cabe jawa

Dalam penjelasan ilmiah secara morfologi cabai Jawa merupakan tanaman terna atau (tumbuhan dengan batang lunak tidak berkayu). Dengan kekhasan yang  memanjat dan memiliki panjang batang  sekitar 5 hingga 15 meter. Memiliki buah dengan ujung bebas membulat, bentuknya memanjang dengan warna hijau menunjukan buah ini masih muda, lalu pada buah yang masak atau matang bewarna merah hingga hitam dengan susunan buah beruntai.

Pada tumbuhan atau tanaman cabai Jawa ini memiliki ciri berbatang warna hijau  menjalar dengan daun berbentuk seperti daun sirih hanya saja daun cabai Jawa lebih lebar. Cabai Jawa memiliki  daun tunggal dengan duduk daunnya berseling. Helaian daun memanjang, dengan panjang daun 3 hingga 10 sentimeter, adapun lebar daunnya 2,5 hingga 4,5 sentimeter.Klasifikasi ilmiah tanaman cabe jawa sebagai berikut :

  • Divisio : Spermatophyta
  • Class : Angiospermae
  • Subclass : Dicotyledonae
  • Order : Piperales
  • Family : Piperaceae
  • Genus : Piper
  • Species : Piper retrofractum Vahl.

(Depkes, 2001)

Manfaat Cabai jawa : Cabe Jamu / Cabe Puyang

Kandungan dari buah cabai jawa  adalah  minyak atsiri 0,9%, piperin 4-6%, damar, piperidin (Depkes, 1977). Menurut Aneja et al., (2010) P. retrofractum mengandung alkaloida piperin, metil piperin, pipernonalin, piperetin, asarinin, pellitorin, piperundekalidin, piperlongumin, piperlonguminin, retrofraktamid A, pergumidien, brakistamid- B, dimer desmetoksipiplartin, N -isobutil-dekadienamid, brakiamid- A, brackhstin, pipersid, piperderidin, longamid. Cabe jawa dikenal sebagai agen antiinflamasi, antiamuba, antiasma, antikonvulsan, anti bakteri.

Cabai jawa juga merupakan bahan dalam minuman jamu gendong yang sangat populer, namanya cabai puyang. Minuman itu secara turun-temurun bisa membantu mengatasi masalah kesehatan umum, termasuk pegal linu, batuk, pilek, perut kembung, dan sebagai tonik

BACA JUGA : Pengertian TOGA, Manfaat TOGA, dan Daftar Jenis Tanaman TOGA

Masyarakat memang mengenal tanaman ini sejak lama dan turun temurun karena ada anggapan  memiliki berbagai manfaat. Pada buahnya bermanfaat sebagai campuran ramuan jamu. Ada juga yang menggunakan buah cabai Jawa ini dipakai sebagai bahan pengobatan unuk berbagai penyakit seperti flu, demam, dan masuk angin. Di daerah Madura, cabai Jawa digunakan sebagai ramuan penghangat badan yang dapat dicampur dengan kopi, teh, dan susu.

Cabe jawa sebagai tanaman obat

Bahkan beberapa daerah lain di Indonesia juga menggunakan sebagi obat luar antara lain untuk pengobatan penyakit beri-beri dan reumatik. Ada juga yang mempercayai khasiat cabai Jawa untuk mengobati tekanan darah rendah, influenza, sesak nafas, sakit kepala, kolera, bronhitis menahun hingga lemah sahwat.
Manfaat lain, banyak orang percaya cabai Jawa untuk pengobatan dan penyembuhan penderita kencing manis. Caranya, petik buah yang masih muda secukupnya dicuci bersih lalu dikunyah secara perlahan-lahan sampai benar-benar lumat dan ditelan bersama ampasnya.

BACA JUGA : Tanaman Obat Keluarga (TOGA) : Daun Dewa

Di industri jamu, tanaman ini diolah menjadi bahan campuran ramuan jamu. Berdasarkan catatan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, pemakaian cabai Jawa bisa dengan mengkonsumsi buahnya secara langsung. Namun, bisa juga digunakan melalui proses pengeringan hingga bisa juga berbentuk seduhan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan cabai Jawa bisa dipakai sebagai simplisia atau bahan alami yang digunakan untuk obat yang belum mengalami perubahan proses apa pun.

Cabe Hutan: Keberadaan Liar Cabe Jawa

Cabe jawa umumnya ditanam sebagai tanaman sela di hutan rakyat atau hutan lindung di bawah pohon tanaman pokok sebagai panjatannya. Bisa juga ditanam secara monokultur. Namun dalam rangka efisiensi dan meningkatkan produktivitas lahan cabe jamu dianjurkan untuk ditanam dengan pola tumpang sari dengan tanaman semusim.

Ciri-ciri cabai jawa

Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) berupa tumbuhan menahun, batang dengan percabangan liar, tumbuh memanjat, melilit dengan akar lekatnya, panjang mencapai 10 meter. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang menyerupai kayu.
Daun

daun cabe jawa

Daun tunggal, berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah berbintik-bintik, panjang 8,5–30 sentimeter, lebar 3-13 sentimeter dan berwarna hijau.
Bunga
Berbunga majemuk dan berkelamin tunggal, bunga majemuknya tersusun dalam bentuk butir. Benang sari berjumlah 2-3 buah dan berwarna hijau kekuningan.
Buah
Buahnya bulat panjang silindris, berukuran 4-6 cm.  Buah muda berwarna hijau, setelah cukup tua berwarna kuning gading, dan setelah masak akan berwarna merah.

Tampilan buah cabe jamu alias cabe jawa. Sumber : https://masjiwopogog.files.wordpress.com/
cabe jamu

Buah majemuk berupa bulir, warna kelabu sampai coklat kelabu atau berwarna hitam kelabu sampai hitam; bentuk bulat panjang sampai slindris, bagian ujung agak mengecil; panjang 2 cm sampai 7 cm, garis tengah 4 mm sampai 8 mm; bergagang panjang atau tanpa gagang. Permukaan luar tidak rata, bertonjolan teratur. Pada irisan melintang bulir tampak buah-buah batu, masing masing dengan daun pelindung yang tersusun dalam spiral pada poros bulir, kadang-kadang bagian tengah 6 bulir berongga.Kulit buah berwarna coklat tua sampai hitam, kadang-kadang berwarna lebih muda. Kulit biji berwarna coklat; hampir seluruh inti biji terdiri dari periperm berwarna putih. Buah batu berbentuk bulat telur, berukuran lebih kurang 2 mm.

Budidaya Cabe Jawa

Syarat Tumbuh Cabe Jawa

  • Cabe jawa menghendaki temperatur 20°C-30°
  • Curah
    hujan berkisar antara 1.200-3.000 mm/tahun, minimal 80 mm/bulan, merata
    sepanjang tahun dan tidak menghendaki bulan kering yang panjang.
  • Pada
    musim kemarau yang panjang seluruh daunnya akan gugur dan tumbuh
    kembali di musim hujan. Walaupun hal ini tidak mengakibatkan kematian,
    namun dapat menurunkan produktivitas buah.
  • Kelembaban udara antara 40-80%.
  • Cabe jawa menghendaki lahan yang subur dan gembur, elevasi 1-600 m dpl d
  • Jenis tanah yang sesuai Andosol, Latosol, Grumosol, Regosol, dan Podsolik. Tekstur tanah yang adalah liat yang mengandung pasir, porus, drainase yang baik pH tanah antara 5,5-7,0.

Pola Tanam Cabe Jawa

Sebelum memutuskan untuk langsung mengerjakan lahan, tentukan metode penananman. Penanaman Cabe jawa dapat secara monokultur maupun polikultur. Namun,pola tanam monokultur tidak efisien
dalam penggunaan lahan dan radiasi, juga menyebabkan produktivitas lahan rendah, sehingga pendapatan petani juga rendah.

budidaya cabe jawa

Melihat sifat fisiologi, morfologi, dan persyaratan tumbuhnya seperti cabe jamu termasuk tanaman adaptif di bawah naungan, sehingga dapat tumbuh dan  berproduksi dengan baik di bawah radiasi surya 50-75%. Struktur perakaran yang dangkal dan radius yang pendek, bentuk kanopi yang tidak lebar dan panen buah, cabe jamu setelah umur 1-2 tahun, maka tanaman cabe jamu berpotensi untuk dikembangkan dengan pola tanam polikultur.

Pola tanam polikultur dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu meningkatkan efektivitas lahan, waktu dan energi surya. Tanaman sela dapat berfungsi sebagai sumber pendapatan sebelum tanaman cabe jawa
berproduksi. Ini akan menjaga stabilitas pendapatan petani akibat gejolak harga atau kegagalan panen cabe jawa. Alasan lain untuk  menekan biaya pemeliharaan, dan biomas tanaman sela dapat digunakan sebagai bahan organik, pupuk hijau atau mulsa.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas maka anjurann agar budidaya cabe jamu  dengan pola polikultur.
Pola tanam polikultur berbasis tanaman cabe jamu dapat berbentuk:

  • Campuran (mixed cropping) dengan tanaman pepohonan rendah seperti kopi, kakao, pisang, pepaya dan sebagainya
  • Cabe jamu sebagai tanaman sela (intercrop) di bawah tanaman pepohonan seperti kelapa dan buah-buahan
  • Tumpang sari (intercropping) dengan tanaman obat lainnya, padi, palawija, atsiri atau tanaman semusim lainnya.

Penyiapan Lahan

Setalah memutuskan metode penanaman, selanjutnya adalah persiapan lahan. Persiapan lahan pada musim kemarau. Bersihkan Gulma dan semak belukar , sisanya bisa menjadi kompos atau untuk mulsa. Bila  secara monokultur buat lubang tanam dengan jarak tanam 2 x 2 m. Bila sebagai tanaman sela, lokasi lubang tanam di sebelah timur pada jarak 20 cm dari tanaman penegak. Ukuran panjang, lebar dan dalam lubang tanam masing-masing 40 x 40 x 40 cm atau 50 x 50 x 50 cm.

Pada awal musim penghujan, tutu lubang tanam ditutup dengan campuran tanah bagian atas, ditambah 5-10 kg pupuk kandang dan 0,5 kg dolomit per lubang. Lubang tanam ditutup sampai terbentuk guludan setinggi 20 cm. Tiang panjat batang gamal atau dadap sepanjang 1,75 m ditanam pada jarak 10 cm di sebelah barat lubang tanam.

Penyiapan Bibit

Pengadaan bahan tanaman cabe jamu bisa dilakukan dengan cara vegetatif menggunakan stek maupun cara generatif menggunakan biji. Di tingkat petani umumnya meng-gunakan stek, karena lebih praktis dan tanaman yang dihasilkan akan sama dengan pohon induknya.Perbanyakan dengan biji tidak biasa digunakan, kecuali untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Bahan tanaman yang digunakan petani, umumnya stek panjang yang berasal dari sulur tanah (sulur cacing) sepanjang ± 50 cm atau sulur bertapak sepanjang 50-60 cm.

Penanaman

Penanaman cabe jawa umumnya sebagai tanaman sela di hutan rakyat atau hutan lindung di bawah pohon tanaman pokok sebagai panjatannya. Bisa juga ditanam secara monokultur. Namun dalam rangka efisiensi dan meningkatkan produktivitas lahan, anjuran cabe jamu untuk budidaya  dengan pola tumpang sari dengan tanaman semusim.

Pemeliharaan Pemupukan

Meskipun cabe jamu dapat tumbuh dan menghasilkan di tanah-tanah kering atau tandus, namun lama kelamaan tanah tersebut akan mengalami kekurangan unsur hara. Untuk mengembalikan kondisi tanah menjadi subur, perlu pemupukan yang menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk non organik.

Penyiangan

Lakukan dengan cara biasa, yaitu membersihkan semua tumbuhan pengganggu secara mekanis bersamaan dengan pengolahan tanah secara ringan. Di saat penyiangan , perlu juga ada beberapa perlakuan khusus, yaitu:

  • Pengikatan sulur panjat pada tiang atau tanaman penyangga. Tunas yang tumbuh dipanjatkan dengan jalan mengikatkan dengan tali pada pohon panjatan.
  • Pembentukan tanaman dengan cara mengarahkan tunas atau sulur yang tumbuh ke atas ke arah samping, sehingga tanaman cabe jawa menjadi rimbun. Cara ini untuk memudahkan saat  pemetikan buah.

Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe jamu belum banyak, tetapi ada beberapa hama dan penyakit yang perlu kewaspadaan:
1. Tanaman penggerek batang panjatan.

Pengendalian hamadengan kultur teknis lewat pemberian pupuk berimbang, pengaturan jarak tanam dan menjaga kebersihan kebun.
2. Penyakit kuning. 

Pengendalian secara kultur teknis dengan menggunakan bibit dari tanaman yang sehat, mengatur jarak tanam serta mengatur pengairan kebun pada satu musim hujan. Secara kimiawi dengan menggunakan fungisida, Atracolzonip, Difolatan 4F.

Panen dan Pasca Panen

Penentuan kualitas produksi cabe jamu sangat tergantung  oleh perlakuan waktu panen dan penanganan pasca panen. Kegiatan panen perlu memperhatikan stadium kematangan buah yang tepat, sedangkan penanganan pasca panen harus cepat. Penelitian- penelitian yang berkaitan dengan panen dan pasca panen masih sangat kurang sekali.

Tanaman cabe jawa mulai berbuah setelah berumur satu tahun dan pembuahan berlangsung terus menerus sepanjang tahun, sehingga panen dapat secara berkala dan kontinyu. Panen buah dengan cara petik pilih pada buah yang mencapai stadium tua, yaitu buah yang telah berwarna hijau kekuning-kuningan sampai agak kemerah-merahan.

Cara memanen cabe jawa 

Cara panen  dengan memetik tangkai buahnya satu persatu secara hati-hati. Dalam satu tahun, panen cabe jamu antara 3- 5 kali tergantung pada pertumbuhan tanamannya. Produksi tahun pertama rata-rata 0,2 kg buah cabe kering/pohon atau setara 0,6 kg buah segar. Sedangkan untuk tanaman dewasa dapat mencapai 1,2 kg cabe kering atau setara 3,6 kg buah segar. Apabila panen buah pada stadium matang (berwarna merah tua dan lunak), buah akan mudah rusak baik dalam bentuk buah maupun kering, sehingga kualitasnya tidak baik. Kegiatan penanganan pasca panen cabe jawa meliputi aktivitas sebagai berikut :

  1. Pengumpulan hasil-hasil panen di suatu tempat yang strategis.
  2. Pembersihan. Bersihkan hasil panen dari daun dan ranting yang tidak berguna.
  3. Sortasi dan seleksi. Pisahkan buah cabe jamu yang busuk, memar atau abnormal dari buah yang bagus dan mulus.
  4. Pengeringan. Srotasi buah kemudian keringkan dengan cara jemur di bawah sinar matahari dengan alas tikar anyaman bambu atau tampah. Hindari buah bertumpuk secara berlebihan karena akan memudahkan buah berjamur sehingga kualitas menurun. Lama penjemuran tergantung cuaca bila sinar matahari cukup maka perlu 5-7 hari. Buah sudah kering bila kadar airnya di bawah 10% atau warna buah menjadi coklat kehitaman dan keras.
    cabe puyang kering
  5. Pengemasan.  Kemas buah yang telah kering dengan karung goni atau karung plastik.
  6. Penyimpanan. Simpan kemasan di gudang yang kering dan ventilasinya bagus. Gunakan alas dari balok atau bambu agar kemasan tidak kontak langsung dengan ubin/lantai gudang penyimpanan.

Penutup

Dalam rangka melestarikan rempah-rempah khas Indonesia seperti cabe Jawa, penting bagi kita untuk memahami nilai budaya, historis, dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Cabe Jawa bukan hanya bumbu pelengkap, tetapi juga bagian integral dari warisan kuliner dan pengobatan Indonesia yang kaya dan beragam. Semoga artikel ini dapat meningkatkan pemahaman Anda tentang kekayaan cabe Jawa dalam budaya Indonesia.

Scroll to Top