Jenis media tanam memainkan peran penting dalam kesuksesan pertanian. Pilihan media tanam yang tepat dapat memberikan kondisi optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam pertanian modern, terdapat berbagai jenis media tanam , baik dalam budidaya konvensional maupun metode budidaya inovatif seperti hidroponik dan aeroponik.

Artikel ini akan membahas berbagai jenis media tanam yang umum dalam pertanian. Mulai dari media tanam tradisional seperti tanah dan kompos, hingga media tanam anorganik seperti pasir, serat, atau bahan sintetis. Kita akan menjelajahi kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis media tanam, serta pemilihan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman, iklim, dan sistem budidaya.
Dengan memahami berbagai jenis media tanam yang tersedia, petani dan penghobi berkebun dapat membuat keputusan yang tepat dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Mari kita lanjutkan untuk menjelajahi dunia media tanam dalam pertanian dan memahami bagaimana penggunaan media tanam yang tepat dapat berkontribusi pada keberhasilan budidaya tanaman secara keseluruhan.
Pengertian media tanam
Media tanam adalah bahan atau substrat sebagai tempat tumbuh bagi tanaman. Bertindak sebagai wadah untuk akar tanaman, menyediakan dukungan fisik, dan menyediakan nutrisi serta air bagi tanaman. Dapat berupa tanah, campuran bahan organik dan anorganik, serat, pasir, kerikil, atau bahan sintetis lainnya.
Arti dari media tanam adalah sebagai medium atau lingkungan tanaman tanam dan tumbuh. Media tanam berperan penting dalam menyediakan nutrisi, kelembaban, dan drainase kebutuhan akar tanaman. Selain itu, media tanam juga dapat mempengaruhi struktur tanah, keseimbangan mikroorganisme, dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Pembagian media tanam
Pembagian media tanam menjadi organik dan anorganik berdasarkan pada jenis bahan dalam komposisinya. Berikut adalah penjelasan pembagian tersebut:
a, Media Tanam Organik
Media tanam organik terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat mempertahankan kelembaban, menyediakan nutrisi, dan mendukung pertumbuhan tanaman. Bahan organik yang umum sebagai media tanam organik meliputi serbuk gergaji, serat kelapa, kompos, vermikulit, sekam padi, daun lapuk, dan pupuk kandang. Keunggulan media tanam organik adalah memberikan nutrisi secara alami kepada tanaman, menyediakan mikroorganisme bermanfaat, dan meningkatkan kesuburan tanah.
b. Media Tanam Anorganik
Media tanam anorganik menggunakan bahan-bahan non-tanah sebagai pengganti media tanam tradisional. Bahan anorganik yang sering termasuk pasir, serat, kerikil, perlit, vermiculite, atau bahan sintetis seperti polistirena atau hidrogel. Keuntungan penggunaan media tanam anorganik adalah memiliki drainase yang baik, stabilitas fisik yang tinggi, dan kemampuan pengendalian air yang lebih baik. Media tanam anorganik sering dalam sistem hidroponik atau tanaman dalam wadah.
Pembagian media tanam menjadi organik dan anorganik memberikan panduan bagi petani dan penghobi berkebun dalam memilih media yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sistem budidaya . Pertimbangan seperti sifat fisik, drainase, retensi air, serta ketersediaan nutrisi merupakan faktor penting dalam memilih media tanam yang optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan tanaman.
BACA JUGA:
- Informasi Singkat Media Tanam Anorganik
- Memahami Pupuk Anorganik dan Organik Serta Teknik Pemupukan untuk Pertumbuhan Tanaman yang Optimal
- Pupuk Organik : Pengertian, Kelebihan, Kekurangan dan Jenis
Contoh Berbagai Macam Media Tanam Organik
1. Media Tanam Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Karena arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera ternetralisir dan adapatasi ulang.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan miskin akan unsurhara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu suplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum menjadi media tanam, idealnya pecah arang menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah untuk menanam serta jenis tanaman .
Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya gunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.
2. Media Tanam Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis cokelat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semuta atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menajdi unggulan media batang pakis dikarenakan sifat-sifat yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta berstektur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
3. Media Tanam Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang baha dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organic, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selian itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsure nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut, dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutaam tanah kering. Sedangkan soil ameliator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecoklatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memilik suhu ruang.
4. Media Tanam Mos
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki system drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut,a atu daun-daunan kering.
5. Media Tanam Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fospor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organic yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
6. Media Tanam Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organic alternative yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan didaerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahlulu di dalam larutan fungisida.
Daripada dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dna menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsure-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
7. Media Tanam Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudag digiling. Bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tida proses bakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga system aerasi dan drainase di media tanam menajdi lebih baik. Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidka perlu disterilisasi lagi karena mikroba pathogen telah mati selama proses pembakaran.
Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.

Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsure hara.
8. Media Tanam Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organic oleh jasad mikro dan merupakan sumber energy jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organic tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah (top soil).
Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsure hara.oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah. Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan erasi yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidka mampu menyerap air. Denagn demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.
Contoh Berbagai Macam Media Tanam Anorganik
1. Media Tanam Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.

Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa mtanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak cocok untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan karena ketidakmampuan gel dalam mamasok kebutuhan air, tetapi lebih karenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah.
Kelebihan menggunakan gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga. Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang, gel menjadi komponen terrarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat member kesan hidup pada taman miniature tersebut.
2. Media Tanam Pasir
Pasir sering menjadi media tanam alternative untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dmemadai dan sesuai sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah cukup umur untuk pindah ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan system aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering menjadi media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin.
Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang menjadi media tanam secara tunggal. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering kombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik sesuai dengan jenis tanaman.
Hindari semua pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersalinitas tinggi sebagai media tanam. Kendati pasir tersebut sudah melalui proses pencucia terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
3. Media Tanam Kerikil
Pada dasarnya, penggunaan kerikil sebagai media tanam memang tidak jauh berbeda denagn pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering menjadi media untuk budidaya tanaman secara hidroponik.
Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak secara rutin. Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak pula yang menawarkan kerikil sintetis. Sifat kerikil sintetis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan.
Kelebihan kerikil sintetis daripada dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, system drainase juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.
4. Media Tanam Pecahan Batu Bata
Pecahan batu bata juga dapat menjadi alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaliknya, ukuran batu bata sebagai media tanam berukuran kecil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik. Selain itu, ukuran yang semakin kecil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembaban di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.
Hal yang perlu perhatian dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu penambahan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampan drainase dna aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.
5. Media Tanam Spons (floralfoam)
Berdasarkan sifatnya, spons sangat ringan sehinga mudah pemindahannya dan penempatan di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah rendam atau siram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman.
Kelebihan lain dari media tanam spons adalah tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karean itu, jika spons sudah tidak terlihat layak pakai (mudah hancur ketika memegang), sebaiknya segera ganti dengan yang baru.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spons sering menjadi media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting flower) yang penggunaannya cenderung hanya sementara waktu saja.
6. Media Tanam Tanah Liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang berstektur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori mikro) yang lebih banyak dari pada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat.
Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi atau udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu kombinasi dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang kombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok menjadi media penyemaian, cangkok, dan bonsai.
7. Media Tanam Vermikulit
Vermikulit adalah media anorganik steril dari pemanasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potassium dan kalsium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit meruapakn media tanam yang memiliki kemampuan kepasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah terserap oleh akar tanaman.
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama denagn vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air. Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya kombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.
BACA JUGA:
- Informasi Singkat Media Tanam Anorganik
- Pertanian Sayuran Organik
- Tentang Bahan Organik dan Pengaruh bagi Tanah
8. Media Tanam Gabus (Styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer styrene yang dapat sebagai alternatif media tanam. Mulanya, Styrofoam hanya sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum tanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara. Jenis styrofoam berbentuk kubus dengan ukuran 1x1x1x cm. Styrofoam sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan porousitas media tanam. Untuk keperluan ini, styrofoam dalam bentuk yang sudah hancur sehingga menjadi bola-bola kecil, berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam membuatnya menjadi ringan. Namun, media tanam sering menjadi sarang oleh semut.